MAKAN MAKAN
Pada suatu hari rombongan kami melakukan sebuah survey dengan kepala desa setempat. Saat kami akan melanjutkan ke agenda berikutnya kepala desa membawa kami ke acara makan-makan. Katanya sedang ada yang melakukan selamatan. Sesampainya di lokasi kami dipersilahkan untuk mengambil hidangan. Rombongan kami terdiri dari empat orang lah kurang lebih.
Ada salah satu teman yang ternyata tidak bisa makan daging kambing. Akhirnya teman yang lain mulai melakukan pembulian atau perundungan secara verbal. Dia mengatakan bahwa temannya itu kena prank karena tidak bisa makan daging kambing. Hidangan yang disiapkan kalau tidak salah itu sop kambing. Saya sendiri juga sebenarnya tidak terlalu suka kambing apalagi yang disediakan bersama tulang belulangnya. Namun untuk menghormati pemilik rumah, saya mengambil satu potong tulang belulang yang ditempeli daging. Saya ambil kuahnya beberapa beberapa kali kemudian mengambil bawang goreng dan saya pun makan dengan kerupuk tanpa menyentuh daging kambingnya sama sekali, Eh maksudnya tulang kambing.
Teman saya yang bernama... sebut saja bernama Ultraman. Karena dia tidak bisa makan kambing, akhirnya dia mengambil bawang gorengnya saja dan makan dengan kerupuk. Pemilik rumah yang melihat hal itu pun kaget ternyata ada manusia yang tidak bisa memakan tulang belulang kambing seperti mereka. Dia segera berlari ke dalam rumah dan mengambilkan ayam goreng yang terlihat sangat lezat. Melihat Ultraman mendapat lauk paukberupa ayam yang sangat lezat itu, saya sekilas jadi menyesal karena telah menghabiskan nasi saya.
Aduh kadang menyesal tidak datang belakangan tapi malah datang karena duluan. Jadi bagaimana ya? Bingung juga. Misalkan mendapati situasi seperti itu, apakah kita terus terang bahwa tidak bisa memakan makanan yang dihidangkan atau berpura-pura mengambil makanan untuk menghormati tuan rumah. Selama yang dihidangkan bukan babi atau kucing goreng tentu saja saya tidak bisa menolak secara terang-terangan. Mungkin itu saja pendapat pribadi dari saya terima kasih.