HARI KELULUSAN
Sedang Asyik
browsing blogger untuk dibuat resume dalam bentuk file chm, eh ada ribut bunyi
klakson motor di jalan. Ternyata ada yang merayakan kelulusan. Anak SMA
mungkin. Hari ini tanggal 20 Mei bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional
yang tidak lagi diperingati. Hari kebangkitan ini tenggelam kerana adanya
berita pencalonan presiden dan wakilnya. Sampai bosan mendengarnya. Politik itu......
wakaranai
Berita di
televisi yang juga sedang santer adalah berita kelulusan. Hampir 100% lulus. Tapi
masih hampir, belum semuanya lolos dari lubang jarum. Jadi tidak semuanya lulus,
masih ada kelulusan yang tertunda. Nah, yang jadi pertanyaan di sini adalah
cara menyambut kelulusan itu. Apakah itu sudah elok sesuai etika atau tidak. Yang
sudah menjadi tradisi tradisional adalah mencoret-coret baju, baik itu coretan
spontan tanpa makna maupun coretan berupa tanda tangan atau paraf. Bagi sebagian
besar orang dewasa, rutinitas itu pasti dipandang buruk dan tidak elok. Mengapa
demikian? Mereka pasti berkata jika seragam itu akan lebih bermakna jika
disumbangkan pada yang lebih membutuhkan, adik kelasnya mungkin. Ya, itulah
pandangan mereka. Terlebih lagi, penggunaan cat semprot dan alat tulis lainnya.
Itu sudah pasti merusak mata uang, oh mempertipis isi dompet maksudnya.
Penulis sendiri
juga tidak mengerti maksud tradisi corat-coret ini. Penulis juga pernah
mengalami masa-masa seperti ini. Mengapa? Ya penuliskan juga pernah sekolah. Ada
seorang rekan, beliau selalu juara kelas, bahkan sering menduduki peringkat
pertama dan aktif dalam kegiatan OSIS. Pokoknya murid teladanlah. Ternyata pada
saat kelulusan, dia mengikuti tradisi corat-coret seragam. Alamak! Kenapa pula
dia berlaku seperti itu? Tidak pernah terpikir dalam benakku beliau akan
berbuat seperti itu. Sepertinya dia ingin berlaku yang diluar tabiatnya. Perbuatan
menyimpangnya yang pertama sekaligus terakhir sebagai siswa sekolahan. Mungkin hal
itu dia lakukan untuk pelampiasan juga. Pelampiasan rasa haru, gembira, sedih
dan berbagai macam rasa lainnya yang tidak bisa dituliskan dengan pena.
Kata orang, masa
SMA adalah masa yang paling indah. Karena pada masa ini mereka masih bisa
berkeliaran tanpa beban yang berarti. Mungkin itu juga alasan mereka merayakan
kelulusan dengan hingar bingar kendaraan bermotor. Karena setelah lulus, mereka
akan dihadapkan pada tiga pilihan (mungkin), yaitu melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi, masuk dalam dunia kerja yang keras atau hanya mengisi waktu
yang (sangat) luang dengan bermain Onet. Beberapa tahun yang lalu, sebelum
motor kreditan membanjiri dunia ini, para siswa SMA hanya melakukan corat-coret
sebagai ritual. Berbeda sekali situasinya dengan situasi saat ini. Sebagian besar
anak SMA yang belum cukup umur itu sudah memiliki kendaraan (pinjaman dari
ortunya tentu saja). Alhasil, pawai di jalan dengan suara knalpot monster dan
klakson yang keras merajai jalanan. Pawai motor menjadi salah satu tradisi
modern yang bisa mengganggu masyarakat pengguna jalan lainnya. Bisa menyebabkan
hal-hal yang tidak diinginkan juga, misalnya kehabisan bensin ditengah jalan, bertemu
polisi tidur yang bisa merusak keseimbangan jiwa dan lain sebagainya.
Mengapa mereka
merayakannya dengan begitu gegap gempita? Apakah mereka yakin nilai yang
menyebabkan lulus itu murni jerih payah mereka? Belum tentu. Meskipun kita
tidak membiasakan untuk berprasangka buruk, kenyataan di lapangan berkata
sebaliknya. Ya, inilah efek ”karena susu setitik, rusak susu sebelanga”. Kerana
adanya beberapa oknum yang sedang tidak beruntung, tertangkap kamera ponsel saat
memperbaiki jawaban siswa misalnya, maka seluruh institusi pendidikan harus
diperiksa agar tidak lagi terjadi kecurangan semacam itu. Jikapun nilai itu benar
adanya, mereka seharusnya bersyukur dengan cara yang lebih indah kerana semua
itu datang atas izin-Nya. Jadi, mereka semestinya menyambut kelulusan itu
dengan lebih hikmat dan penuh rasa syukur. Hal itu juga sebagai bentuk
toleransi pada rekan-rekan yang tertunda kelulusannya.
Tidak semua siswa
melaksanakan perayaan kelulusan dengan tindakan yang tidak elok. Pasti ada yang
bersyukur dengan cara menyumbangkan seragam maupun bukunya pada yang lebih
memerlukan. Ya tentu saja. Tindakan yang elok semacam ini jarang sekali
terekspos ke dunia luar. Mereka berbuat kebajikan dengan ikhlas, tanpa
mengharapkan imbalan apapun dari manusia, popularitas dari media, tidak untuk mencari
muka apalagi untuk mencari uang.
Akhir kata, Saya
ucapkan selamat pada rekan-rekan kita yang telah lulus dari jenjang di mana
mereka berada. Jangan pernah lupa pada orang tua kerana merekalah yang berjasa
sehingga kita bisa lulus dengan baik. Mereka pasti menginginkan kita menjadi
orang yang lebih baik dari mereka. Jadi, jangan sia-siakan kelulusan ini. Jangan
biarkan ijazahmu hanya memiliki dua teman. Berikan dia satu rekan lagi. Bagi yang
sudah mumpuni dan mandiri serta percaya diri untuk memasuki dunia kerja, maka
teruskanlah semangat itu. Hidup itu penuh dengan pilihan. Jalan hidup yang akan
kau jalani adalah pilihanmu sendiri. Jika itu baik maka bersyukurlah, jika itu
kurang baik maka jangan salahkan orang lain kerana itu semua adalah pilihanmu. Oya,
jangan pernah menyerah pada jalan yang sudah kau pilih. Meskipun begitu, bukan
berarti kau tidak boleh menyerah. Saatnya akan tiba dimana dirimu menyadari
jika itu adalah saat dimana kau harus menyerah.
Mechadot, 20 Mei 2014
pukul 19.45
Sumber gambar
No comments:
Post a Comment