Suara Rakyat Bukan Suara Tuhan
Yang menjadi trending topik akhir-akhir ini adalah masalah pemilukada. Tarik ulur terjadi antara pihak pendukung metode langsung dan pihak pro metode tidak langsung. Untuk mengaplikasikan sistem demokrasi secara total, pemilihan sistem langsung adalah yang terbaik meskipun akan terkendala dengan ongkos yang tidak sedikit. Pemilihan secara tidak langsung juga tidak masalah ASAL para wakil yang duduk di DPRD benar-benar mewakili rakyat, bukan mewakili sebagian orang yang merupakan relasi atau kerabat dan bukan mewakili ego pribadi. Sistem langsung atau tidak itu sama saja, yang penting adalah mentalitas pelakunya. Murni karena pilihan, bukan karena pengaruh money politic atau apapun yang bisa mempengaruhi pilihan pribadi.
Masing-masing metode pemilihan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang menganggap jika metode tidak langsung akan mengebiri hak warga negara dalam demokrasi. Pilihan sudah jatuh ke metode tidak langsung kerana dianggap lebih efisien. Apa boleh buat. Suara terbanyak sudah menentukan pilihannya. Ikuti saja apa yang akan terjadi. Apakah dampaknya akan baik atau buruk, itu hanya menunggu waktu saja. Pilihan mayoritas tidak menjamin hasil yang memberikan kemaslahatan untuk masyarakat. Slogan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat benar-benar akan menjadi slogan jika wakil rakyat yang terhormat tidak menampung aspirasi warganya dan menyalurkannya ke jalan yang benar.
Yang jelas, metode langsung atau tidak langsung tidak akan membawa dampak yang signifikan jika mentalitas pelakunya masih memungkinkan gurita pemerintahan berkembang biak dan beranak pinak. Yang santer digadangkan adalah memilih dengan hati nurani. Itu menjadi landasan memilih namun perlu diingat bahwa Suara Rakyat Bukan Suara Tuhan. Jadi, jika hasil pemilihan itu tidak sesuai dengan hati nurani, itu adalah kewenangan pihak mayoritas, bukan pilihan Tuhan.
No comments:
Post a Comment