Insiden Di Rumah Sakit Setara Hotel Dan Hotel
Biasanya, saat
mendengar kata rumah sakit, kasus yang terbayang adalah malapraktik dan penanganan
yang lambat. Namun ada sisi lain dari rumah sakit yang tidak diketahui banyak
orang. Ada beberapa pengalaman yang menurut penulis cukup unik. Semua berkaitan
dengan tingkah laku pengunjung atau pasien yang ada. Semua kejadian ini terjadi
di salah satu rumah sakit swasta yang ada di lingkungan penulis.
Setiap kamar inap
pasti memiliki inventaris tersendiri, misalnya tempat tidur, lemari makanan,
meja kecil, televisi, kipas angin, AC dan beberapa fasilitas yang biasa ada di
dalam kamar rumah sakit, ini kamar di rumah sakit swasta yang berkelas hotel. Pada
umumnya, pasien akan dijaga oleh salah satu keluarganya. Jadi, maksimal penunggu
hanya satu orang. Mereka biasanya membawa tikar atau alas tidur sendiri karena pihak
rumah sakit tidak mungkin menyediakannya. Enak sekali! Tidak lupa bantal dan
gulingnya kerana ada orang yang tidak bisa tidur jika tidak bersama bantal atau
guling pribadinya.
Insiden sering
terjadi di kamar pasien. Entah karena ketidaktahuan mereka atau kurangnya informasi dari pihak rumah sakit sendiri. Barang-barang
inventaris sering lenyap alias hilang tanpa jejak. Contohnya seperti selimut
atau isi bantal. Mereka menukar isi bantal yang sudah kumuh dengan isi bantal
rumah sakit yang tentu saja berkelas karena memiliki standar hotel. Bahkan,
tatakan tempat minum juga bisa lenyap.
Seharusnya, isi
kamar rawat inap wajib diperiksa saat pasien hendak pulang sehingga bisa
dideteksi jika ada barang inventaris yang lenyap. Namun, hal itu juga sulit
dilakukan karena isi kamar sudah dibawa pulang sebelum pasien mengajukan
kepulangnnya. Sekedar saran, mungkin keluarga pasien perlu menyerahkan uang
sebagai jaminan atau, paling tidak, KTP asli untuk menghindari kejadian yang
tidak diinginkan pihak rumah sakit. Sama halnya seperti perusahaan yang meminta
karyawannya menyerahkan ijazah saat mereka masih terikat kontrak dengan pihak
perusahaan.
TKP lain di rumah
sakit ini yang sering mengalami insiden adalah toilet. Toilet umum untuk pasien
poliklinik yang ada berupa toilet duduk. Tidak ada toilet jongkok. Entah pasien
terlalu katrok atau memang disengaja, mereka buang air kecil di lantainya,
disamping toilet duduknya. Tentu saja situasi akan menjadi jorok karena
floordrain hanya ada di pojok ruangan. Perencanaan jenis toilet seharusnya
mempertimbangkan pengguna yang akan berada atau menggunakan toilet. Pelayanan setara
hotel tidak selayaknya memutus penggunaan toilet jongkok. Dari perilaku yang
ada, bisa disimpulkan jika tidak semua pasien poliklinik akrab dengan
penggunaan toilet duduk. Bisa dibilang, rumah sakit yang memiliki standar hotel
harus mempertimbangkan kesesuaian fasilitasnya apalagi jika melayani pasien umum
BPJS.
Saat menulis
tentang hilangnya invenaris kamar inap, @ku jadi teringat insiden sejenis pada
pelatihan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun lalu, tepatnya pada bulan Mei 2016.
BPS mengadakan rekrut akbar tenaga kontrak untuk melakukan Sensus Ekonomi 2016.
Yang lulus tes sangat beragam, baik dari sisi umur maupun pendidikan. Namun,
pengalaman memegang peranan penting hingga terjadi kejadian-kejadian lucu yang
merepotkan panitia.
Hotel yang
menjadi lokasi pelatihan adalah hotel Roditha Banjarbaru yang terletak di dekat
bundaran simpang empat Banjarbaru. Sepertinya, banyak peserta yang belum
berpengalaman atau baru pertama kali menginjakkan kaki di hotel sehingga beberapa
barang yang ada di kamar hotel terlihat begitu menggoda untuk di bawa pulang. Handuk
hotel, gelas di kamar mandi dan berbagai aksesoris hotel bisa menjadi pilihan
mereka.
Saat makan siang,
ada peserta pelatihan yang menghubungi (membawa) seluruh keluarganya (istri dan
anak) untuk ikut makan di hotel itu. Luar biasa sekali. Itu pasti akan
merepotkan panitia kerana porsi makanan yang dipesan pasti akan bertambah. Bahkan,
ada yang membawa kotak makanan, mengisinya dengan berbagai macam makanan hingga
maksimal untuk dibawa pulang.
Insiden lain
terjadi di dalam kamar hotel. Panitia menyiapkan satu kamar untuk dua peserta. Namun
ada peserta yang mengusir rekan sekamarnya dan menggunakannya untuk dirinya dan
keluarganya. Harap dimaklumi. Mungkin dia belum pernah menginap di hotel. Sama sekali.
Panitia yang mengetahui kabar itu segera bertindak cepat. Peserta tadi diminta
membayar sendiri kamar yang dia gunakan itu.
Sepertinya panitia
tidak menyangka akan menghadapi masalah yang berbhineka semacam itu. Ya begitulah.
Ketika ketidaktahuan bertemu dengan kurangnya rasa malu, semua hal yang aneh
atau tidak layak bisa terjadi.
Gambar hanya Ilustrasi
Sumber: Mesin pencari Google
No comments:
Post a Comment