Order From Hotel
Terkurung di
hotel bukan masalah besar jika dihubungkan dengan dunia belanja. Aplikasi
ponsel berbasis android sudah merajalela dan memudahkan siapa saja untuk
berbelanja. Hanya ada satu masalah. Ada atau tidaknya kuota untuk berselancar
di dunia maya. Tapi masalah itu tidak akan muncul karena ada wifi dari hotel
yang tentu saja free meskipun terkadang menyebalkan. Putus nyambung putus
nyambung. Seperti sebuah judul lagu jadul pada jaman purba.
Cerita pertama.
Waktu telah
menunjukkan pukul 09.00 malam atau pukul 21.00 Waktu Indonesia Barat. Perut
seorang teman mulai berkaraoke riang gembira. Ya, karena dia tidak ikut makan
sore yang disediakan hotel secara gratis. Sebenarnya bukan gratis, pihak
panitia yang sudah membayarnya. Temanku tadi tidak makan karena masih kenyang
katanya. Awalnya, dia hendak memesan makanan dari hotel, meskipun hanya mie
rebus super biasa. Ternyata harga makanan di hotel begitu tinggi hingga hampir
mencapai langit ke tujuh. Satu porsi bisa mencapai Rp. 100.000,00. Luar biasa
sekali. Pikir pikir dia. Mau turun gunung, eh hotel, untuk mencari makanan di
luar hotel. Namun tubuh sudah terlalu lelah. Apalagi udara di luar tidak
sesehat udara di dalam kamar hotel.
Setelah berpikir
selama beberapa detik, muncul sebuah opsi pilihan, yaitu makanan yang bisa
pesan antar. Di kota asalku, makanan pesan antar bergentayangan di beranda
facebook. Mudah sangat pesan makanan, seperti nasi lalapan, lontong bahkan
gado-gado. Tapi kali ini lokasinya Jakarta. Tidak ada teman facebook di Jakarta
yang bisa pesan antar makanan. Jika ini adalah pilihan ganda, maka jawabannya
adalah G. Akhirnya pilihan terakhir jatuh pada aplikasi android bernama Gojek.
Setelah aplikasi GO-Jek terbuka, ada beberapa menu pilihan. Dan yang terpilih
adalah Go-Food. Pilih-pilih sebentar. Ada nasi goreng asap. Driver segera
memberi kabar ke nomor ponsel yang didaftarkan. Murah sekali. Satu porsi Nasi
Goreng Asap Rp. 18.000. Biaya pengiriman dengan Gojek Rp. 7.000. Akhirnya
makanan datang setelah waktu tunggu selama 20 menit. Wah, keren. Luar biasa.
Tak perlu lelah berputar-putar Jakarta apalagi hingga tersesat. Yang diperlukan
hanya turun ke lobby hotel menggunakan Lift kerana driver tidak diperkenankan
mengantar hingga ke depan pintu kamar.
Cerita kedua
Berada di Jakarta
membuatku ingin membeli sesuatu yang tidak ada di daerah asal. Namun tubuh yang
lelah membuatku malas pergi ke luar hotel. Aplikasi jual beli yang bisa
mempertemukan penjual dan pembeli adalah OLX. Ya Cuma itu yang @ku kenal. Bisa
COD. Awalnya @ku mencari mainan Gundam. Tenyata semuanya baru dan belum
dirakit. Buruan dialihkan ke buku anak. Tidak ada yang menarik. Semuanya hanya
buku cerita dan buku tulis anak sekolah. Kata kunci diganti Animonster, nama
majalah Toku-Anime. Ada satu hasil yang menarik. Sayangnya, lokasi penjual di
Bekasi sehingga gagal rencana COD.
Kata kunci
diganti donal bebek. Ada beberapa hasil namun dari beberapa chat, hanya satu
yang berhasil deal. Chat dari lapak berlanjut ke WA. Dia bisa langsung antar
malam itu juga. Yah, lumayan ada bacaan nostalgia zaman dahulu. Harganya
terbilang murah untuk ukuran sekarang. Tapi tidak tahu untuk perbandingan
harga. Misal di tahun 2010 harga buku itu Rp. 10.000 lalu di tahun 2017 dijual
dengan harga Rp. 10.000. apakah itu termasuk rugi atau untung, @ku tidak
mengetahuinya.
Cerita ketiga.
Lapak di OLX
tidak ada lagi yang menarik. Terpaksa @ku beralih ke Buka Lapak. Cari
ensiklopedia anak. BL bisa chat secara pribadi dengan penjual dan bila diberi
nomor WA, penjual dan pembeli bisa chat melalui WA. Ada beberapa penjual yang
berhasil dihubungi. Ada satu penjual yang melakukan deal. Tapi sayangnya dia
tidak bisa COD. Orang atau rekannya yang biasa COD sedang sibuk katanya. Dia
sendiri kurang hapal dengan wilayah sekitar hotel tujuan. Dia menawarkan jasa
Gosend dari Gojek serta bisa transfer uang setelah barang sampai. Akhirnya @ku
setuju dengan usulan tersebut.
Meskipun
menggunakan Buka Lapak sebagai perantaranya, asal bisa japri dengan penjual,
kita tidak perlu repot menggunakan sistem Buka Lapak. Biasanya, @ku bayar
melalui jasa indomaret jika melakukan pembelian melalui sistem BL. Akhirnya, tidak berapa lama kemudian, paman
Gojek muncul dengan paket yang dipesan. Bawa ke kamar. Cek satu persatu. Semua
sudah beres. @ku langsung ke ATM di lantai satu Hotel untuk transfer uang ke
toko buku tadi. Penjual ini benar-benar mengandalkan kepercayaan. Padahal, jual
beli tanpa tatap muka itu memiliki resiko yang cukup tingggi.
Penjual donal bebek
tadi juga begitu. Seandainya @ku hendak berbuat iseng/jahil, bisa saja. Setelah
dia sampai di depan hotel, @ku tidak muncul sambil bermain petak umpet dengan
dia. Pasti kasihan. Ya, begitulah. @ku sudah sering merasakan tipuan, muslihat
sehingga @ku tidak ingin membuat orang lain merasakan hal yang sama denganku.
Syukurlah. Masih ada orang baik yang bisa percaya dengan orang baru yang belum
pernah dia temui sebelumnya di Jakarta yang kejam ini.
Ya, itulah
beberapa pengalamanku yang menghabiskan waktu selama terkurung di hotel. Asal
ada wifi gratis, kita bisa menggunakan aplikasi yang bermanfaat. Bisa membeli
segala macam benda tanpa perlu keluar dari lingkungan hotel. Tapi untuk pesan
makanan, jika lewat pukul 22.00 malam, kemungkinan sudah banyak kedai yang
tutup. Lagi pula, makan tengah malam itu kurang baik untuk kesehatan.
Jakarta,
Zet.@ Rider 220226052017.
No comments:
Post a Comment