Malu Bertanya,
Sesat Di Bandara
Berada di bandara
internasional bisa membuato rang yang biasa hidup di ujung pelosok dunia
kebingungan. Apalagi jika sendirian, jomblo lagi. Ah, syukurnya saya ada teman.
Jadi jika tersesat, tidak kesepian seorang diri. Setelah turun dari pesawat,
kita segera menuju pintu keluar. Ada dua pilihan untuk menuju ke hotel. Dengan
bus atau menggunakan taksi bandara. Karena berdua, kami memilih naik taksi
saja.
Ya. Kebiasaan di
kampung. Kami berdiri di pinggir jalan sambil berharap ada taksi kosong yang
bisa kami tumpangi. Ternyata selalu penuh. Lagi pula, ada petugas yang memungut
semacam tiket para penumpang yang
mendapatkan taksi. Seingatku, di Bandara Jogja, ada konter taksi di bandara. Langsung
bayar di konter sehingga penumpang tinggal rehat di dalam taksi. Sepertinya sistem
di Bandara Cengkareng berbeda dengan Bandara Jogja. Kita sebenarnya bisa saja bertanya
agar dapat bertindak dengan benar. Namun kemaluan kita cukup besar sehingga
kami mengurungkan niat untuk bertanya.
Ada cara lain untuk
mengetahui cara kerja sebuah sistem. Kami memperhatikan orang-orang yang baru
keluar dari pintu keluar bandara. Ternyata di dekat TKP ada mesin nomor antrian
taksi. Ada dua macam taksi, taksi bandara dan manuk biru. Kami segera menuju ke
konter otomatis tiket taksi. Ada petugasnya juga ternyata. Bahkan beliau yang
bertanya, kita perlu taksi yang mana. Wah, luar biasa. Setelah mendapat tiket
antrian, kami duduk di kursi tunggu sembari memperhatikan keadaan sekitar. Siapa
tahu ada si komo lewat.
Ada bapak-bapak
yang mendekati petugas pengumpul karcis antrian, bukan penjaga mesin karcis,
dan memesan satu taksi. Petugas itu segera mengarahkan bapak tua tadi ke mesin
antrian. @ku tersenyum kecut melihat kejadian itu. Ternyata ada beberapa orang
yang senasib dengan kami. Namun karena terburu-buru, beliau tidak sempat
mempelajari lingkungan sekitar dan langsung bertindak dengan penuh keberanian,
serta sedikit kenekatan.
Dalam hidup,
kadang bertindak berani harus dilakukan meskipun memiliki resiko. Takut akan
resiko bisa berakibat fatal, yaitu kita akan terus berada di zona nyaman,
status quo. Dalam hidup, maksudnya tokoh film, ada tiga jenis orang. Bertindak tanpa
berpikir dahulu, berpikir sebelum bertindak dan terus berpikir hingga tidak
sempat bertindak.
No comments:
Post a Comment