Suka Duka Sang Mawar
Tanam menanam
ternyata bukan hal yang mudah. Kalau rumput yang ditanam, ya sangat mudah. Beberapa
bulan yang lalu, @ku mencari beberapa bibit. Sebenarnya bukan bibit, tapi
potongan batang mawar. Ada beberapa potong, tepatnya empat buah. Masing-masing
memiliki ceritanya sendiri.
Yang pertama. Setelah
ditanam, tidak ada tanda-tanda tunas yang muncul. Lama kelamaan, batang itu
menghitam. Sudah bisa dipastikan layu dan mati. Musnahlah riwayat mawar yang
pertama.
Yang kedua. Batang
mawar kedua tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Tidak ada tunas yang
muncul. Batang kedua akhirnya menyusul batang pertama ke alam baka.
Yang ketiga. Batang
mawar ketiga lumayan berhasil. Muncul tunas di beberapa titik. Tunas mulai
berubah menjadi daun muda. Akhirnya muncul daun yang berwarna hijau. Beberapa hari
kemudian, @ku terkejut karena tunas diujung batang patah. Sepertinya itu ulah
ayam yang tidak bertanggung jawab. @ku berdoa semoga mawar ketiga ini bisa
bertahan hidup karena masih ada tunas lainnya yang bertahan. Ternyata tunas
baru yang selamat dari tendangan ayam ikut layu. Batang menjadi hitam dan mati.
Dengan berat hati, aku mencabut batang mawar ini. Ada yang aneh. Batang yang
tertanam di dalam tanah tidak utuh lagi. Sepertinya ada binatang kecil yang
memakan batang mawar ini. Pantas saja dia tidak bisa bertahan hidup lagi.
Yang keempat. Mawar
keempat nasibnya lebih mendebarkan. Hingga batang ketiga mati, mawar keempat ini
belum juga bertunas namun batangnya belum layu. Akhirnya, setelah beberapa
bulan, mawar inilah yang berhasil bertahan hidup. Mawar ini telah melahirkan
bunga pertamanya. Rasanya puas sekali melihat bunga ini. Berapa banyak perasaan
yang terlibat untuk membesarkan mawar ini.
Yang lebih parah
mempermainkan perasaan adalah bunga aster. Dia layu setelah menumbuhkan tunas
baru. Namun ternyata semuanya mati. Ada tiga jenis aster yang berbeda dan
semuanya mati tanpa jejak. Sedih sekali.
Zet.@ Rider
130028052017
No comments:
Post a Comment