Relasi Dalam
Pekerjaan
Apakah anda
bangga dengan Profesi Anda saat ini? Meskipun anda mendapatkannya dengan cara
yang tidak terlalu murni? Katakanlah melalui relasi keluarga atau relasi
pendidikan. Anda bisa menjadi pegawai kantoran kerana ayah anda adalah mantan
jederal besar. Itu pasti mudah kerana kantor tidak akan berani menolak anda. U
know what I mean. Anda bisa menjadi dokter di sebuah rumah sakit besar kerana
keluarga anda adalah direktur atau pejabat teras di sana. Anda menjadi prajurit
kerana keluarga anda pejabat terpandang di kalangan militer. Anda menjadi dosen
kerana keluarga anda adalah guru besar di perguruan itu atau anda masuk dalam
komunitas kerana rekomendasi dosen yang sangat sayang dengan anda. Itu semua
tidak perlu dibanggakan kerana itu wajar saja. Wajar sekali. Tidak ada yang
luar biasa dan tidak perlu dibanggakan. Jika profesi anda diperoleh dengan
bayang bayang nama besar keluarga atau relasi, itu tidak perlu digembar-gemborkan.
Kerana jika ada rekrutmen yang fair, anda belum tentu akan diterima di sana.
Inilah yang di ajarkan dalam Luffy, Gon, Naruto dan Kurosaki Ichigo. Mereka memang keturunan orang hebat. Tapi mereka tidak pernah menggunakan nama besar orang tuanya untuk menjadi yang terbaik. Mereka menggunakan usaha mereka sendiri. Dari NOL. Bahkan sering kali, orang-orang tidak mengenal nama besar keluarga mereka. Mereka menjadi terkenal bukan dalam bayangan orang tua melainkan dengan keringat mereka sendiri.
Jika tradisi di negeri ini terus seperti ini, maka tidak heran akan muncul gurita-gurita baru yang tidak aka membiarkan orang asing masuk ke dalam komunitasnya. Bahkan ada BUMN yang membuka rekrutmen secara terbuka di internet. Ujian di berbagai tempat. Ternyata setelah ujian selesai dan nama-nama lulusan di cek, semua lulusan adalah keluarga atau relasi dari pegawai BUMN tersebut. Kasihan sekali orang-orang “luar” yang ikut ujian kerana terkena PHP. Jika mendapat profesi dengan cara sogok-menyogok, maka akan lebih parah akibatnya. Gaji yang dia terima menjadi haram seumur hidupnya.
Zet.@ Rider, 27
Agustus 2014
Ada yang berkata
jika mendapatkan pekerjaan kerana relasi itu sah sah saja. Kenapa? Itu adalah
berkah dari apa yang disebut sebagai silaturahmi. Ya, itu memang benar. Bisa jadi
itu memang salah satu jalan datangnya rejeki. Tapi tidak bisa dipungkiri, jika
silaturahmi semacam itu akan sulit jika didasarkan dengan niat yang ikhlas.
Bagi yang pernah
meresakan hidup sebagai pengangguran, mondar-mandir kesana kemari tanpa tujuan.
Biasanya mereka akan berkunjung ke rumah teman-teman atau kerabat dengan tujuan
silaturahmi dengan harapan ada info atau kabar tentang lowongan pekerjaan. Nah,
jika ada lowongan dan mulai bekerja, maka kemungkinan untuk melakukan silaturahmi
semacam itu tidak akan ada. Selain dengan alasan sibuknya pekerjaan, repot dan
kelelahan menjadi alasan yang sering digunakan.
Mendapatkan pekerjaan
dari relasi bisa berdampak secara psikologis. Mereka tidak akan bisa menentang
pihak yang memberikan ”celah” itu meskipun mereka tahu jika pemberi ”celah” itu
sedang melakukan kesalahan atau penyelewengan yang disengaja. Rasa segan itu
akan hadir. Bisa juga ada ancaman secara halus dari pemberi ”celah” agar mereka
berpura-pura tidak melihat apa yang sedang terjadi.
Yang jelas,
adanya bantuan relasi bisa memandulkan orang-orang yang memiliki kemampuanyang
sebenarnya. Kasus yang terjadi adalah penerimaan PNS kalangan dosen di sebuah
Universitas Negeri. Si Alfa menduduki peringkat pertama dalam seleksi dan
menjadi kandidat dosen. Si Beta menduduki posisi kedua. Hanya ada satu dosen
yang diperlukan. Entah kenapa, tenyata Si Beta-lah yang diterima sebagai dosen.
Usut punya usut, ternyata si Beta adalah anak dari seorang guru besar atau
professor di Universitas tersebut. Jadi? Ya wajar saja. Anak dosen menjadi
dosen itu biasa. Tapi anak dosen menjadi dosen kerana bantuan (nama) orang tua-nya,
itu amat sangat wajar sekali meskipun itu tidak etis. Jika dalam seleksi dia
memang keren, maka tidak perlulah dia menumbangkan kandidat pertama dengan cara
yang tidak wajar. Dan sudah pasti, gaji yang dia terima akan menjadi haram
seumur hidupnya. SECARA, dia mengambil alih hak orang lain yang secara hukum
sah sebagai pemilik jabatan itu.
Kasus lain, ada
penerimaan besar-besaran sebuah BUMN. Pengumuman itu dirilis di sebuah situs,
tentu saja situs resmi BUMN itu. Ujian diadakan dalam beberapa level. Level pertama
untuk administrasi. Level kedua untuk pengetahuan dan level tiga untuk
wawancara. Ternyata, setelah ketiga level seleksi dilakukan dan menghasilkan
daftar nama yang diterima, bau yang tidak sedap mulai tercium. Usut punya usut,
semua nama yang ada dalam nama itu memiliki hubungan atau relasi dengan pejabat
yang ada di BUMN tersebut. Ya, sudahlah. Mereka mungkin belum menyadari dampak
dan konsekuensi yang akan mereka alami jika mendapatkan pekerjaan dengan cara
yang tidak wajar. INGATLAH! Semua yang dilakukan di dunia ini akan ada balasannya
kelak. Tidak satupun yang akan dilewatkan. Semua akan memiliki balasannya.
Zet@. Rider, 03 September
2014, before lunch time...11.40 AM
No comments:
Post a Comment