Pola Pikir
Keuangan
Hari ini hari
olah raga nasional ya? Baru tahu @ku. Baiklah, untuk mengenang jasa para atlit
yang telah mengucurkan keringatnya dibidang olah raga, ijinkan @ku menceritakan
sebuah cerita. Begini ceritanya.
Pagi ini, di
suatu loby kantor, dua orang senior [tidak sopan jika disebut tua] sedang asyik
berbincang. Membicarakan tentang pola pikir masyarakat saat ini. Jika pada
jaman dahulu, para senior dengan suka rela, bahkan ikhlas menghibahkan harta
benda mereka untuk kepentingan umum. Jika ada pelebaran jalan atau pembuatan
fasilitas umum, seperti rumah ibadah, rumah pendidikan, rumah kesehatan dan
semacamnya, mereka sama sekali tidak keberatan, bahkan menawarkan tanahnya agar
digunakan dengan sebaik-baiknya.
Pada masa
sekarang, di mana teknologi semakin canggih, pola pikir masyarakat juga
berubah. Pola pikir mereka berkisar pada keuangan yang fana. Mereka mentargetkan
harga tinggi sebagai ganti rugi tanah mereka. Harga yang mereka ajukan melebihi
NJOP [nilai jual objek pajak] setempat. Tentu saja ini akan menjadi beban bagi pemerintah.
Proyek pelebaran jalan bisa gagal jika ganti rugi tidak dilunasi. Jika pelebaran
jalan gagal, maka ada kemungkinan berdampak pada ekonomi kerana arus lalu
lintas yang terhambat. Masyarakat semacam itu menggunakan pepatah ”mencari
kesempatan dalam kesempitan” dengan sangat tepat.
Namun ternyata,
ada sebuah cara rahasia yang bisa digunakan untuk meng-counter masyarakat
semacam itu. Kerana itu cara rahasia, maka @ku tidak akan membocorkannya di
sini, PM saja jika berminat.
Pola pikir
keuangan itu benar-benar berdampak negatif. Lihat saja berita di TV. Ada sekolah
dan rumah ibadah yang di segel oleh warga dikarenakan tidak ada surat-menyurat
resmi yang menyatakan bahwa leluhur mereka telah menghibahkan tanah di sana. Miris
sekali leluhur mereka yang ada di alam sana. Amal jariah untuk mereka terputus [mungkin]
dikarenakan tindakan penerusnya yang tidak mengerti hukum agama. Inilah pola
pikir masyarakat yang mengaku modern dan ter-update.
Sepertinya masyarakat
perlu mendapatkan diklat tentang pentingnya berkorban untuk kepentingan umum. Sebenarnya
masih banyak hal sejenis yang berserakan di masyarakat namun kerana waktu tidak
lagi memungkinkan, tulisan ini akan berakhir. Maaf jika anda tidak menemukan cerita
heroik tentang atlit kerana itu hanya prolog yang kebetulan tertulis. Yang jelas,
@ku tidak pernah menyebutkan akan bercerita yang berhubungan dengan hari
olahraga nasional ini.
Zet.@ Rider, 09
September 2014 pukul 23.00... waiting for camera charging...on the lonely
office
No comments:
Post a Comment