Hanya Perlu Pembiasaan
Kurikulum 2013
menjadi perbincangan hangat dikalangan pendidik. K-13 diisukan menjadi momok
bagi para guru. Namun itu semua hanya masalah sudut pandang. K-13 tidak
sepatutnya dijadikan momok melainkan tantangan bagi para guru untuk membentuk
generasi yang lebih baik. K-13 menuntut agar penilaian murid tidak lagi
berdasarkan nilai yang absolut melainkan berdasarkan kepribadian masing-masing
murid. Jika K-13 berhasil dijalankan, maka generasi penerus bangsa akan
memiliki masa depan yang cerah. Saat ini, penilaian berdasarkan nilai ujian
tanpa menghiraukan perilaku dan moral pemiliknya. Hasilnya? Pelaku kejahatan
kerah putih bukanlah orang-orang yang tidak terdidik. Mereka menjalani
pendidikan wajib 12 tahun, ditambah jenjang Strata satu, bahkan ada pelaku yang
berpredikat Strata tiga.
K-13 menjadi
momok hanya karena belum terbiasa saja. Itu hanya efek samping penerapan sebuah
sistem yang baru. Dan kemungkinan itu hanya sementara. Jika K-13 sudah mulai
dijalani, maka akan terbiasa dan jika sudah biasa, maka K-13 bisa sangat
menyenangkan. Guru yang professional dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan
K-13 mengingat K-13 sudah diujicobakan terlebih dahulu. Jadi, penerapan K-13
tidak muncul secara mendadak tanpa melalui proses pematangan yang bertubi-tubi.
Guru yang tidak bisa menyesuaikan diri tentu saja akan merasakan kesulitan
kerana sudah terbiasa dengan status quo yang membuat terlena.
Jadi, mari dukung
penerapan K-13 dengan membiasakan diri menjalankannya. Hal ini demi meningkatnya
kualitas pendidikan, baik pendidikan otak, pendidikan emosi, pendidikan moral
dan yang tidak kalah penting adalah pendidikan agama. Semoga dengan penerapan
K-13, tidak ada lagi ironi dalam dunia pendidikan.
No comments:
Post a Comment