Perlu Penanganan
Yang Mendasar
Ada pepatah yang
mengatakan, ”tak ada rotan, akarpun jadi”. Pepatah ini seyogyanya digunakan
pada hal-hal yang positif. Namun pada akhir zaman ini, pepatah itu digunakan
dengan baik oleh remaja dalam berbagai hal. Mereka menggunakan lem sebagai
pengganti narkotika atau sejenisnya yang bisa membuat mereka fly—terbang untuk
lari dari kenyataan. Efek lem ini cukup berbahaya jika digunakan secara
terus-menerus dan berlebihan, tentu saja. Hal yang positif jika berlebihan juga
berdampak buruk. Penyebab remaja ”mengkonsumsi” lem bermacam-macam. Ada yang
sekedar ikut-ikutan, masalah keluarga (broken Home), masalah ekonomi, kejamnya
situasi/kondisi dan masalah-masalah lain yang sedang mereka hadapi, misalnya
tuntutan nilai ujian dari orang tua. Ada juga yang sekedar hobi.
Penanganan
masalah ini harus terpadu. Keluarga menjadi benteng pertama. Sosialisasi dampak
buruk aksi ini juga harus dipertegas. Semua elemen masyarakat harus bersatu
untuk menyelamatkan generasi muda harapan bangsa. Kalau perlu,
penjualan/peredaran lem dibatasi/diawasi. Sebenarnya, bukan hanya lem yang
perlu diawasi melainkan berkembangnya zaman, arus globalisasi-informasi dan
cerdasnya remaja dalam menggunakan pepatah ”tak ada rotan, akarpun jadi”.
Tidak ada kendala bagi mereka untuk mencari
informasi dari dunia maya. Pihak yang berwenang harus bisa waspada dan membaca
arah tren substitusi narkoba ini. Jika pihak yang berwenang bisa selangkah,
bahkan dua langkah di depan, maka komunitas yang melakukan aksi semacam ini
bisa diminimalisir. Aksi mereka harus dialihkan pada hal yang positif,
beribadah misalnya. Yang jelas, penanaman NIAT untuk tidak melakukan aksi
semacam itu harus ditanamkan. Jika tidak ada NIAT, maka apapun caranya, mereka
akan kembali tenggelam dalam khayalan tak berujung. Yang tidak boleh dilupakan,
perlu adanya MOTIVASI untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkarakter dan
tidak mudah terpengaruh (resisten) dengan lingkungan yang buruk..
Zet.@ 03 juni 2014
After break time
No comments:
Post a Comment