Kebiri Predator
Anak
Akhir-akhir ini,
berita tentang kejahatan seksual beredar dengan sangat gencar. Sebagai warga
masyarakat, apalagi sebagai orang tua, kita tentu saja miris mendengar berita
itu. Kasus semacam ini semakin lama semakin meningkat. Lingkungan yang buruk
dipersalahkan sebagai pemicunya. Berita ter-update berkata lain. Ternyata lingkungan
sekitar, bahkan lingkungan yang dikatakan bertaraf internasional tidak terbebas
dari ancaman penjahat kelamin. Peristiwa terbaru ini membuka mata kita bahwa
kita harus bersikap waspada di manapun kita berada. Para bocah harus
mendapatkan perhatian yang khusus. Kita harus bisa menangkap gelagat jika
terjadi perubahan sikap pada diri mereka. Untuk mengantisipasi kejahatan ini,
bocah-bocah juga harus dibekali pendidikan dasar mengenai kemaluan mereka.
Sikap mereka yang polos bisa menjadikan mereka korban yang mudah di incar.
Kasus terakhir
yang sedang hangat adalah predator puluhan anak (bahkan terindikasi ada ratusan
anak) yang menjadi korban. Pelaku awalnya hanya korban dari kebejatan temannya.
Entah kenapa, korban ini menjelma menjadi predator yang mungkin saja lebih
ganas dari temannya itu. Penjahat semacam ini harus mendapatkan hukuman yang
setimpal. Selain menderita secara fisik, para korban juga menderita trauma
mental yang mendalam. Jika tidak mendapat terapi yang tepat, 70% dari mereka
mereka memiliki kemungkinan menjadi penerus kejahatan ini. Karena dampaknya
yang luar biasa, ada wacana jika penjahat kelamin menjalani “kebiri” sebagai
hukumannya. Hukuman harus setimpal beratnya karena mata rantai kejahatan ini
sulit diputus. Jika hukuman tidak bisa membuat jera pelaku, siklus kejahatan
ini akan terus berlanjut. Anak-anak kita tidak boleh lagi hidup dalam ancaman
predator yang bisa merusak kehidupan mereka.
No comments:
Post a Comment