Sandiwara Dunia Artis
Tayangan sinetron
sepertinya sudah menjadi tayangan wajib dalam dunia pertelevisian. Tiada hari
tanpa sinetron. Sayangnya, yang akan dikupas kali ini bukanlah sinetron gaje
yang tidak jelas itu, melainkan tokohnya yang biasa disebut dengan artis. Mereka
melakukan akting di layar kaca untuk mendulang pundi pundi emas. Ternyata,
selain dalam layar kaca, mereka juga sering tampil dalam infotainment. Nah,
yang jadi masalah adalah, apakah pemberitaan dalam infotainment itu bisa
divalidasi? Apa mereka tidak sekedar berakting?
Dari beberapa
kasus yang hangat beredar di dunia infotainment, sebagian besar dari mereka,
bahkan mungkin semuanya, para artis itu melakukannya dengan sengaja. Mereka melakukan
setting-an pada kasus-kasus yang
menimpa mereka. Misalnya kasus cakar-cakaran, kaplok-kaplokan, selingkuh-selingkuhan,
kawin-cerai, itu semua tidak lepas dari akting mereka di dunia nyata. Para artis
melakukan setting berbagai konflik untuk mendongkrak popularitasnya. Mereka sungguh piawai bersandiwara.
Selain di layar kaca, mereka juga pandai bersandiwara di depan kamera
infotainment. Kerana mereka artis yang jago akting, maka akan sulit dibedakan
saat mereka menangis, marah, sedih, murka dan ekspresi lainnya yang mereka
lakukan. Tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti apakah ekspresi mereka itu
sungguh alami dan murni atau hanya sandiwara belaka.
Itulah salah satu
sebab mengapa infotainment harus dijauhi dan dihindari. Tayangan itu hanya
menyuguhkan sandiwara di dunia nyata. Tidak ada hikmah yang bisa diambil kerana
itu adalah versi lain dari sinetron layar kaca. Para jurnalis hendaknya juga
lebih pandai dalam mencari berita yang bermanfaat. Apa sih untungnya memberitakan
para artis yang sedang naik daun itu? Seharusnya mereka mencari berita yang
bermanfaat bagi pendidikan, kesehatan dan kemajuan bangsa ini. Bukan malah
menyuguhkan berita yang tidak jelas juntrungannya.
Jadi, jangan
pernah percaya tayangan layar kaca yang mengklaim sebagai reality show, tidak ada rekayasa, tidak dibuat-buat dan dalih lain
semacamnya. Seperti acara yang menggunakan hipnotis dalam acaranya. Acara itu
melakukan pembunuhan karakter dengan jelas kerana seseorang membuka aibnya
sendiri dan seluruh Indonesia mengetahuinya. Itu pasti bukan hal yang baik,
bukan?
Meskipun tidak
semua artis melakukannya, namun, jika sudah 90% melakukannya, mereka tidak
dapat lagi disebut sebagai oknum. Itu adalah identitas dari komunitas itu. Jadi,
artis yang masih berada di jalan yang benar akan disebut sebagai oknum dan berbahagialah
orang seperti mereka. Saat ini, sindrom artisisasi mulai muncul di berbagai
kalangan. Mereka yang suka update status lewat media sosial itu contohnya. Sedang
makan, foto dan share. Kalo makan nya di share, seharusnya saat poop juga di
share dunk.... maaf jika tulisan ini begitu gamblang..
Mechadot, 06 June 2014 In the morning 07.00 after the sunrise
Sumber gambar: mobavatar.comMechadot, 06 June 2014 In the morning 07.00 after the sunrise
aseik,, setuju-setuju.......
ReplyDelete