Sinetron Dan
Tayangan Bermasalah
Pada tulisan
sebelumnya, sudah pernah dikatakan jika hanya segelintir sinetron yang bisa dan
layak ditonton dengan aman oleh semua kalangan. Sisanya hanya penuh dengan
omong kosong yang tidak bermanfaat. Coba lihat kriteria pelanggaran yang
ditelurkan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Ada satu atau dua, bahkan
kadang, ada semua kriteria itu dalam satu sinetron. Itu amat sangat mengerikan sekali
banget. Suram sekali tayangan yang ada di negara ini.
Adegan yang
sering muncul di dunia sekolah sinetron adalah tindakan penganiayaan dan semacamnya.
Jarang sekali tayangan yang menampilkan diskusi kelompok untuk pekerjaan rumah
dan semacamnya. Yang ada adalah persaingan untuk menjadi idola di sekolah,
perebutan idola sekolah dan konflik percintaan yang amat sangat rumit yang
sebenarnya belum pantas dilakukan. Efek sinetron seperti ini di dunia nyata
begitu kentara. Anak-anak korban sinetron berpakaian layaknya anak sekolah
dalam sinetron favorit mereka. Rok di atas lutut, baju tidak rapi, rambut
panjang seperti anak yang tidak sekolah dan tentu saja kisah asmara monyet yang
terlihat seperti cinta sejati. Anak-anak yang belum pantas berbicara cinta
akhirnya menjadi anak karbitan dan bisa melakukan hal-hal yang bersifat dewasa.
Merokok misalnya. Mereka akan malu kerana tidak diakui kejantanannya jika tidak
merokok. INI SALAH KAPRAH!!
Sinetron gaje
terus bermunculan dan silih berganti. Bagi penonton yang kebanyakan ibu-ibu
rumah tangga, itu mungkin saja refreshing dan pelarian dari dunia nyata yang
menurut mereka begitu kejam. Yang menjadi masalah adalah anak-anak dibawah umur
yang turut serta menonton. Filter mereka masih belum valid untuk melakukan
validasi. Jam tayang sinetron harus dibenahi dan diatur kembali. Selain itu, yang
perlu diberikan jutaan semangat adalah KPI. Dimana peran KPI? Mengapa sinetron
semacam itu masih saja menjamur?
Yang masih hangat
adalah plagiat drama Korea, kau yang datang dari bintang. Plagiat semacam ini
sudah sering, bahkan selalu muncul dalam dunia sinetron. Dari dulu hingga
sekarang, plagiat tidak bisa dilenyapkan dari dunia sinetron Indonesia. Yang lucunya
adalah iklan terakhir dari drama ini. Mereka akhirnya mencantumkan judul asli
dari Korea. Sepertinya mereka tersandung kasus hak cipta sehingga tayangan
dihentikan untuk beberapa lama dan akhirnya muncul kembali dengan embel-embel
judul asli Korea. Tragis. Masih bagus cerita buatanku, sepertinya.
Selain sinetron,
ada juga acara lain yang super gaje tidak jelas. Joget-joget dengan gaya yang
agak seronok dan seragam yang tidak mencerminkan moralitas yang baik. Mereka sepertinya
sengaja memakai pakaian yang minim, seperti kurang bahan saja padahal uang
mereka tidak terhitung jumlahnya. Masa mereka tidak sanggup membeli pakaian
yang lebih sopan? Janganlah bertindak dan berperilaku yang sembrono di televisi.
Katanya, mereka adalah public figure (penulis pribadi tidak mengakui mereka
sebagai public figure) yang harus menjaga sikap kerana masyarakat akan mudah
sekali meniru perilaku mereka. Masyarakat hanya tahu jika perilaku semacam itu
bisa dilakukan dalam televisi, itu artinya perilaku itu benar dan sah
akibatnya. Tidak semua masyarakat bisa menilai dengan hati yang jernih. Jika mereka
telah menjadikan seseorang sebagai idola, mereka akan mengikutinya kemanapun,
bahkan sampai ke jurang neraka, pasti akan mereka ikuti. Mereka yang sudah
dibutakan mata hatinya itu, pasti menganggap jika idolanya selalu benar. Kalau tidak
salah, ada lagunya itu.
Ada juga acara
acara lain yang cukup miris jika dipikirkan. Acara musik misalnya. Jika pada zaman
dahulu acara musik bisa memutar 10 lagu dalam waktu satu jam, maka sekarang
hanya sanggup memutar dua atau tiga lagu dalam sejam. Sisa waktunya dibuat
untuk guyonan tidak jelas yang tidak berbobot, merendahkan dan menggunakan
keterbatasan fisik seseorang untuk menarik tawa penonton. Mungkin si korban
tidak bisa protes karena dia memang dibayar untuk diintimidasi namun belum
tentu semua keluarganya ikhlas saat ada keluarganya yang dijadikan bahan
cemoohan. Hentikanlah guyonan yang tidak mendidik dan hanya menyakiti jiwa
orang lain.
Selain guyonan, kadang
acara itu diselingi acara hipnotis yang tidak mendidik. Tokoh utama dihipnotis
menjadi tokoh lain, misalnya jadi tokoh pemarah atau tokoh takut dengan ular. Ada
juga hipnotis yang menjadikan cowok A akan melihat cowok B sebagai istrinya dan
lain sebagainya. Itu sudah pasti BOHONG dan setting belaka. Mana ada yang
semacam itu. Jika itu benar, coba tokoh utama di hipnotis menjadi salah satu Kamen
Rider, Kabuto atau Den-O. Jika ada tokoh yang macho, coba hipnotis jadi Kamen
Rider Bravo. Jika itu berhasil, maka applause buat mereka karena trik mereka
sukses.
Itulah sekelumit
cerita keresahan yang hinggap dalam hati sanubari saat menyaksikan acara
televisi yang tidak berperikemanusian. Acara televisi itu seharusnya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut membentuk karakter bangsa yang tangguh
dan berintegritas. Pesan penulis, jauhilah hal-hal yang tidak berguna dan tidak
bermanfaat. Jangan ikuti acara-acara yang bersambung kerana yang berbobot itu
hanya cukup dengan angka 12 atau 13 saja.
Zet.@ Rider, 10 Juni
2014, saat hujan deras berakhir......15.15 PM
Sumber Gambar: Hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment