Thursday, April 24, 1997

Kenangan Buah Pinang

Tragedi Gerak Jalan


Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang bersejarah. Ya. Ada acara gerak jalan di sekolah, bukan di kecamatan. Gerak jalan akan diikuti oleh beberapa sekolah dasar. Salah satunya ada SDN Pengaron yang terletak di Desa Pengaron. Aku senang sekali dengan acara semacam ini. Mengapa? Kerana aku bisa berkeliling dan menjelajah dunia luar.
Mungkin kerana terlalu besemangat, aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh sehingga bisa ditempuh dengan alat transportasi kaki. Kabut masih menyelimuti kawasan sekolah. Beberapa rekan mulai berdatangan setelah hari menjelang siang. Mereka bermain kejar-kejaran, petak umpet dan beberapa permainan khas anak kecil. Setelah lelah, mereka duduk di bawah pohon pinang yang ada di depan kelas 4. Salah satu anak memperhatikan pohon itu dengan seksama. Ternyata pohon pinang itu sedang berbuah. Mereka menemukan permainan baru, yaitu melempar buah pinang dengan batu atau apa saja yang bisa dijadikan amunisi. Yang mengenai buah pinang dan menjatuhkannya akan menjadi pemenang.
Dari kejauhan, aku memperhatikan permainan mereka. Sepertinya cukup seru. Aku pun mendekat ke medan permainan. Tidak berapa lama kemudian, permainan berhenti secara tiba-tiba. Ternyata terjadi musibah yang membuat mereka menghentikan permainannya. Sebuah batu yang dilempar mengenai batang pinang dan memantul tepat mengenai bibirku. Oh, sakit sekali rasanya. Darah segar mulai mengucur. Dengan kondisi semacam itu, tentu saja aku pulang ke rumah dan tidak ingat lagi jika ada acara gerak jalan.
Sesampainya di rumah, bukan ungkapan khawatir yang di dapat, aku malah dapat ”pelajaran” dari ayahku. Ya, maklumlah. Hidup dalam keluarga militer memiliki resiko dididik secara militer. Setelah dihajar setengah-setengah, jika habis-habisan, aku bisa musnah. Akhirnya aku dibawa ke puskesmas terdekat. Dengan kondisi menangis kerana residu ”didikan” itu, luka di bibirku dirawat. Aku beryukur kerana batu itu tidak mengenai mataku. Entah apa yang akan terjadi jika itu terjadi.
Pesan moral: jangan mendekat atau berada di lingkungan yang bisa membahayakan, baik jiwa maupun raga. Menonton balapan (liar) terlalu dekat bisa berbahaya meskipun sudah ada pagar pengaman. Berada di komunitas yang tidak jelas atau ambigu bisa membahayakan jiwa. Jika tidak mampu mencernanya, resikonya bisa gila atau minimal stress dan menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa. Ya begitulah. Lingkungan membawa pengaruh pada seseorang. Selain bisa mengubah jiwa, mental dan pemikiran seseorang, lingkungan juga bisa membawa perubahan secara fisik.

Zet.@ Rider, Selasa, 24 Februari 2015, pukul 15.46 WITA.

Sumber gambar

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...