Tragedi Gerak Jalan
Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang bersejarah. Ya.
Ada acara gerak jalan di sekolah, bukan di kecamatan. Gerak jalan akan diikuti
oleh beberapa sekolah dasar. Salah satunya ada SDN Pengaron yang terletak di
Desa Pengaron. Aku senang sekali dengan acara semacam ini. Mengapa? Kerana aku
bisa berkeliling dan menjelajah dunia luar.
Mungkin kerana terlalu besemangat, aku berangkat lebih pagi
dari biasanya. Jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh sehingga bisa
ditempuh dengan alat transportasi kaki. Kabut masih menyelimuti kawasan
sekolah. Beberapa rekan mulai berdatangan setelah hari menjelang siang. Mereka
bermain kejar-kejaran, petak umpet dan beberapa permainan khas anak kecil.
Setelah lelah, mereka duduk di bawah pohon pinang yang ada di depan kelas 4.
Salah satu anak memperhatikan pohon itu dengan seksama. Ternyata pohon pinang
itu sedang berbuah. Mereka menemukan permainan baru, yaitu melempar buah pinang
dengan batu atau apa saja yang bisa dijadikan amunisi. Yang mengenai buah
pinang dan menjatuhkannya akan menjadi pemenang.
Dari kejauhan, aku memperhatikan permainan mereka.
Sepertinya cukup seru. Aku pun mendekat ke medan permainan. Tidak berapa lama
kemudian, permainan berhenti secara tiba-tiba. Ternyata terjadi musibah yang
membuat mereka menghentikan permainannya. Sebuah batu yang dilempar mengenai
batang pinang dan memantul tepat mengenai bibirku. Oh, sakit sekali rasanya.
Darah segar mulai mengucur. Dengan kondisi semacam itu, tentu saja aku pulang
ke rumah dan tidak ingat lagi jika ada acara gerak jalan.
Sesampainya di rumah, bukan ungkapan khawatir yang di
dapat, aku malah dapat ”pelajaran” dari ayahku. Ya, maklumlah. Hidup dalam
keluarga militer memiliki resiko dididik secara militer. Setelah dihajar
setengah-setengah, jika habis-habisan, aku bisa musnah. Akhirnya aku dibawa ke
puskesmas terdekat. Dengan kondisi menangis kerana residu ”didikan” itu, luka
di bibirku dirawat. Aku beryukur kerana batu itu tidak mengenai mataku. Entah
apa yang akan terjadi jika itu terjadi.
Pesan moral: jangan mendekat atau berada di lingkungan yang
bisa membahayakan, baik jiwa maupun raga. Menonton balapan (liar) terlalu dekat
bisa berbahaya meskipun sudah ada pagar pengaman. Berada di komunitas yang
tidak jelas atau ambigu bisa membahayakan jiwa. Jika tidak mampu mencernanya,
resikonya bisa gila atau minimal stress dan menjadi penghuni tetap rumah sakit
jiwa. Ya begitulah. Lingkungan membawa pengaruh pada seseorang. Selain bisa
mengubah jiwa, mental dan pemikiran seseorang, lingkungan juga bisa membawa
perubahan secara fisik.
Zet.@ Rider, Selasa, 24 Februari 2015, pukul 15.46 WITA.
Sumber gambar
No comments:
Post a Comment