Sunday, April 4, 1999

KISAH SI VITO

KISAH SI VITO

Perkenalkan, namaku adalah NO FEAR. Aku dilahirkan di sebuah pabrik underground (dengan arti sebenarnya). Pabrik itu milik sebuah perusahaan besar bernama ZETA UNLIMITED. Aku dilahirkan bersama ribuan saudaraku yang lain. Aku lahir pada tanggal dua Februari tahun 2002 (02-02-2002). Itu tanggal yang sangat unik. Anda tahu alasannya? Maaf, aku juga tidak tahu alasannya. Manusia lahir bagaikan kertas putih dan nantinya akan diwarnai oleh orang tua dan lingkungan. Bangsaku lahir dengan warnanya masing masing. Aku berwarna biru laut.



Aku bersama teman-temanku dikirim ke berbagai agen di seluruh wilayah di Kota Zaination. Bahkan ada temanku yang beruntung dikirim keluar pulau. Aku menginap di sebuah gudang milik agen selama beberapa hari. Aku dikirim lagi ke berbagai toko dan akhirnya aku dipajang di sebuah kaki lima (sangat mengenaskan).

Aku pun memulai masa penantianku, menanti orang yang akan mengadopsiku. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti minggu. Tidak terasa sudah dua minggu aku berada di kaki lima.

Pada suatu hari, seorang anak muda mendekati kaki lima di mana aku dan beberapa temanku dipajang. Dia memilih-milih untuk beberapa lama. Akhirnya dia menjatuhkan pilihannya padaku. Aku bisa menebak mengapa dia memilihku. Sepertinya dia menyukai warna biru. Dia mengenakan kaos berwarna biru dengan tulisan ”Calon Buronan Masa Depan” dan celana panjang berwarna biru gelap dengan ujung dilipat. Dia pun menawar harga yang ditetapkan Pak Tua yang menjualku.

Aku dimasukkan ke dalam tas. Anak muda itu membawaku pulang ke rumahnya. Aku akan memulai petualanganku yang baru bersama bosku yang baru. Bosku tinggal di sebuah rumah tua ibu dan kedua adiknya. Ayahnya berada di luar pulau yang dulu bernama Borneo. Bosku adalah anak sulung dari empat bersaudara. Mereka terpisah karena sebuah alasan yang rumit.

Bosku merapikan pakaiannya. Dia memasukkannya kedalam tas. Dia akan kembali ke habitatnya di Kota Buaya. Dia menuntut ilmu di sana sebagai seorang mahasiswa. Setelah semua beres, dia mengambil sebuah jaket dan mengenakannya. Dia meletakkan aku di atas kepalanya lalu berpamitan pada ibunya yang tercinta.

Aku dan bosku sedang berada di sebuah bus. Bus ini milik perusahaan yang bernama Light Speed. Bosku suka naik bus ini karena melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Bus ini tampak sesak karena banyak penumpang yang mengisi bagian tengah bus. Bosku beruntung karena dia berhasil mendapat tempat duduk. Tapi keberuntungannya segera sirna karena ada orang yang merokok di sebelahnya. Setelah diamati, ternyata ada beberapa makhluk disekitarnya yang sedang merokok.

Bosku mulai terganggu dengan asap rokok yang menari-nari di ujung hidungnya. Dia melepaskan aku dari kepalanya lalu menggunakan aku untuk menutup hidungnya. Seandainya aku bisa berbicara, aku ingin menegur orang-orang tanpa hati nurani itu.

” Hai Pak Tua, jika ingin bunuh diri jangan bawa-bawa orang lain, dunk!”

Apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu jika rokok itu bisa membunuh orang yang tidak merokok. Ini lebih kejam dari senjata biologi anthrax.

Bosku tiba di sebuah terminal. Dia berganti bus untuk menuju ke terminal berikutnya yaitu...ah singkat saja. Akhirnya dia berhasil mencapai tujuannya dengan sukses yaitu sebuah kos yang sempit dan penuh sesak serta dipenuhi tikus-tikus purba yang ditakuti kucing.

Dia meletakkan semua barangnya dan beristirahat. Keesokan harinya, dia bersiap-siap untuk mencuri ilmu dari dosennya. Bosku selalu datang lebih awal saat kuliah meskipun sebagian besar sohibnya datang 1200 detik setelah bel kuliah berkumandang. Sepertinya mereka mencontoh dosen yang juga sering telat. Namun ada beberapa dosen yang datang lebih awal. Mereka masih disiplin kerena dulu dosen mereka mencontohkan disiplin dengan amat sangat baik.

Bosku sangat menyukai film animasi dan tokusatsu dari Negeri Sakura. Dia selalu menghabiskan waktunya pada Hari Minggu untuk menonton acara kesukaannya. Film favoritnya adalah Kamen Rider Kabuto dan Ultraman Nexus. Banyak temannya yang mengejek karena memang aneh jika makhluk seumur bosku masih menonton acara seperti itu. Bosku hanya menganggap itu (maaf) kentut yang lewat karena memiliki prinsip” yoo wis ben wong arep ngomong opo”..... (lagunya Bang Tukul Arwana)

Dia tidak pernah lupa membawaku bersamanya. Dia selalu menggunakan aku kemanapun dia pergi sehingga aku menjadi trademark dari bosku. Kami selalu bersama di saat terik mentari dan ganasnya hujan akhir zaman. Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk bosku.

Tidak terasa sudah beberapa bulan aku menemaninya. Hari ini dia akan pulang ke kampung halamannya. Aku tidak akan menceritakan kejadian yang terjadi dalam perjalanan. Anda pasti sudah mengetahui apa yang lazim dalam sebuah perjalanan. Singkatnya, bosku sudah tiba di rumah. Dia sangat senang karena ayahnya juga ada di sana. Ayahnya mengambil cuti selama liburan sekolah.

Aku lupa jika aku sudah apkir. Bosku hanya meletakkan aku di dalam lemari. Sekarang dia memiliki teman baru bernama ADIDAS, pemberian ayahnya. Tidak apa-apa. Aku sudah puas berpetualang dan menjadi trademark bagi bosku. Ini sudah lebih dari cukup untuk bisa dibanggakan pada teman-temanku.

Aku bertemu dengan seorang teman yang juga berada di dalam lemari. Dia bernama KODIM 1006. Dia adalah patner pertama bosku. Dia menceritakan pengalamannya saat mendampingi bosku. Saat itu bosku mendapat beberapa nama panggilan karena peran 1006, misalnya Pak Kodim, Pak Lurah, Prajurit dan lain-lain. Itu menjadi trademarknya. Aku percaya dengan cerita itu karena memang tidak ada yang bernama 1006 di tanah Javanesia ini. Dia satu-satunya. Semua saudaranya berada di Borneo. Akhirnya runtuhlah segala kebanggaanku karena bosku kehilangan namanya saat aku menjadi patnernya dan aku tidak bisa memberikan nama baru untuknya.

Aku ingin memulai petualangan baru. Tiba-tiba ada yang membuka lemari dan mengambilku. Dia adalah ibu dari bosku. Dia membawaku ke teras depan. Ada seseorang yang sedang berdiri. Dari pakaiannya, aku bisa menebak bahwa orang itu adalah pencari barang bekas. Ibu bosku memberikan aku pada orang tua tersebut. Aku sedih karena harus berpisah dengan keluarga ini. Namun aku senang karena aku akan memulai petualangan baru dengan bosku yang baru. Sayang sekali karena aku tidak bisa menceritakannya di sini.




NB: THIS STORY is half-based reality

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...