Pulau Kaget Diambang Duka
Saat
mendengar kata Pulau Kaget, yang terlintas dalam pikiran masyarakat Kalimantan
Selatan pastilah monyet Belanda atau yang secara umum disebut sebagai bekantan.
Mengapa demikian? Bekantan bisa disebut sebagai artis dari Kalsel karena
primata ini telah menjadi maskot kebanggaan provinsi. Pulau Kaget adalah salah
satu dari beberapa habitat bekantan di Kalsel. Meski bukan satu-satunya habitat
bekantan di Kalsel, kelestarian dari Pulau Kaget tidak boleh dinomorduakan.
Akhir- akhir ini beredar kabar mengenai kerusakan di Pulau Kaget, yaitu
kekeringan dan kematian pohin rambai. Kejadian ini bisa dikatakan masih
misteri. Untuk melacak pelakunya, ikuti tinjauan singkat berikut ini.
Habitat
bekantan di Pulau Kaget yang berupa pulau, bisa dikatakan cukup strategis.
Beberapa habitat bekantan yang menyatu dengan wilayah manusia saat ini dalam
kondisi terancam karena adanya aktivitas pengubahan fungsi lahan, baik menjadi pemukiman,
pertambangan maupun menjadi kawasan industri. Misalnya bekantan di Kawasan Teluk
Balikpapan, populasi mereka terancam karena pembangunan sekitar pesisir yang
semakin giat dilakukan. Pembangunan yang
merajalela itu menyebabkan makanan utama bekantan, rambai laut, berkurang. Seorang
peneliti bekantan lulusan Universitas Bohemea Selatan, Stan Lhota,
memperkirakan jika keadaan ini terus berlanjut maka 10 tahun lagi bekantan akan
punah di Teluk Balikpapan. Hal ini didasarkan perhitungan jumlah populasi yang
semakin lama semakin menurun akibat berkurangnya makanan utama bekantan. Meski
mereka bisa mencari makanan pengganti berupa mangrove, hal ini tidak akan
bertahan lama karena mangrove juga tereliminasi dalam ajang pembangunan
permukiman penduduk.
Selain
letaknya yang strategis, Pulau Kaget juga dilindungi oleh UU sebagai cagar
alam. Status pulau ini sebagai Cagar alam menyebabkan tidak boleh ada
“perlakuan” oleh siapapun. Namun ternyata ada dualisme sisi karena wisatawan
bisa menjelajah kawasan ini dengan leluasa. Keberadaan wisatawan secara tidak
langsung bisa mengancam bekantan karena limbah yang tidak sengaja ditinggalkan
atau karena tindakan yang tidak bersahabat. Bekantan adalah binatang pemalu dan
tidak berani untuk mendekati manusia. Keberadaaan wisatawan bisa jadi
mengganggu bekantan secara psikologis dan berimbas pada perkembangbiakannya.
Status
kawasan ternyata memegang peranan penting. Pulau Sebuku yang juga habitat
bekantan kini terancam kelestariannya. Hal ini disebabkan adanya aktivitas
perusahaan tambang di pulau tersebut. Pertambangan telah menggusur habitat
bekantan dan tentu saja secara otomatis populasi bekantan akan berkurang. Hal
ini tidak boleh terjadi pada Pulau Kaget meski nanti (seandainya) di kemudian
hari ditemukan intan sebesar gunung di dalam bumi Pulau Kaget.
Keberadaan
Pulau kaget yang begitu strategis ternyata menyimpan potensi bahaya yang lebih
besar. Pulau ini bisa selamat dari perbuatan manusia secara langsung namun
ternyata ada dampak luar biasa dari aktivitas tidak langsung manusia. Lalu
lintas laut yang membelah cagar alam bisa mengganggu tingkat ketenangan di
habitat bekantan. Lokasi pemukiman yang dekat dengan cagar alam juga bisa
memberikan ancaman secara tidak langsung pada bekantan.
Letak
Pulau Kaget di Muara Sungai Barito ternyata benar-benar strategis. Strategis
untuk pembinasaan secara perlahan namun pasti. Mengapa demikian? Muara sungai
artinya tempat di mana air dari seluruh cabang sungai melakukan reuni. Saat
jatuh dari langit yang tinggi, mereka hanya sendiri. Namun dalam perjalanannya,
mereka membawa serta rekan-rekan yang tidak seharusnya meraka bawa. Mereka, air
sungai, membawa limbah yang berasal dari industri yang mangkal di tepian sungai
dan dari wilayah kota. Limbah juga bisa berasal dari arah laut, yaitu dari
kapal-kapal yang sedang dalam masa penantian di Muara Barito. Limbah itu bisa
berupa limbah cair, seperti oli, zat pewarna, limbah pabrik maupun berupa
limbah padat yang hampir mencapai level abadi seperti plastik, kaca, besi,
baterai dengan zat kimianya dan kalangan
logam lainnya.
Posisi
pulau ini sebenarnya strategis. Namun keberadaannya di Muara Barito membuat
pulau ini dikepung oleh armada limbah yang tangguh. Penumpukan limbah terjadi
di sekitar pulau bahkan mungkin ada yg berhasil menerobos pertahanan pulau dan
menjadi penghuni ilegal di wilayah Pulau Kaget. Limbah dalam spot inilah yang
meracuni tanaman rambai. Rambai yang sudah menyerap racun tidak punya pilihan
lain selain kematian. Keturunannyapun tidak memiliki harapan hidup jika
bersikeras tumbuh di sana. Kematian pohon rambai dalam habitat bekantan tentu
saja mengancam kelangsungan hidup bekantan. Jadi, sudah bisa ditebak siapa
pelaku pembunuhan kawanan rambai ini. Manusia harus melakukan evaluasi diri dan
introspeksi karena manusia adalah bagian dari lingkungan. Menolong lingkungan
artinya menolong dirinya sendiri. Dan membahayakan lingkungan artinya juga akan
membahayakan dirinya sendiri.
Sebagai
penutup dari tulisan ringkas ini, jadilah manusia yang bijak pada lingkungan
alam yang kita sebut sebagai Bumi ini. Jangan karena Bumi telah ditakdirkan
akan hancur saat kiamat, kita tidak lagi merasa perlu melakukan penghijauan dan
peremajaan. Kita tidak lagi merasa perlu merawat bumi bahkan kita malah
mempercepat proses menuju kiamatnya bumi dengan alasan bumi ini sudah terlalu
tua, jadi biarkanlah dia beristirahat dengan tenang.
No comments:
Post a Comment