Tuesday, May 20, 2014

The Historical Day

HARI KELULUSAN



Sedang Asyik browsing blogger untuk dibuat resume dalam bentuk file chm, eh ada ribut bunyi klakson motor di jalan. Ternyata ada yang merayakan kelulusan. Anak SMA mungkin. Hari ini tanggal 20 Mei bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional yang tidak lagi diperingati. Hari kebangkitan ini tenggelam kerana adanya berita pencalonan presiden dan wakilnya. Sampai bosan mendengarnya. Politik itu...... wakaranai


Berita di televisi yang juga sedang santer adalah berita kelulusan. Hampir 100% lulus. Tapi masih hampir, belum semuanya lolos dari lubang jarum. Jadi tidak semuanya lulus, masih ada kelulusan yang tertunda. Nah, yang jadi pertanyaan di sini adalah cara menyambut kelulusan itu. Apakah itu sudah elok sesuai etika atau tidak. Yang sudah menjadi tradisi tradisional adalah mencoret-coret baju, baik itu coretan spontan tanpa makna maupun coretan berupa tanda tangan atau paraf. Bagi sebagian besar orang dewasa, rutinitas itu pasti dipandang buruk dan tidak elok. Mengapa demikian? Mereka pasti berkata jika seragam itu akan lebih bermakna jika disumbangkan pada yang lebih membutuhkan, adik kelasnya mungkin. Ya, itulah pandangan mereka. Terlebih lagi, penggunaan cat semprot dan alat tulis lainnya. Itu sudah pasti merusak mata uang, oh mempertipis isi dompet maksudnya.

Penulis sendiri juga tidak mengerti maksud tradisi corat-coret ini. Penulis juga pernah mengalami masa-masa seperti ini. Mengapa? Ya penuliskan juga pernah sekolah. Ada seorang rekan, beliau selalu juara kelas, bahkan sering menduduki peringkat pertama dan aktif dalam kegiatan OSIS. Pokoknya murid teladanlah. Ternyata pada saat kelulusan, dia mengikuti tradisi corat-coret seragam. Alamak! Kenapa pula dia berlaku seperti itu? Tidak pernah terpikir dalam benakku beliau akan berbuat seperti itu. Sepertinya dia ingin berlaku yang diluar tabiatnya. Perbuatan menyimpangnya yang pertama sekaligus terakhir sebagai siswa sekolahan. Mungkin hal itu dia lakukan untuk pelampiasan juga. Pelampiasan rasa haru, gembira, sedih dan berbagai macam rasa lainnya yang tidak bisa dituliskan dengan pena.

Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Karena pada masa ini mereka masih bisa berkeliaran tanpa beban yang berarti. Mungkin itu juga alasan mereka merayakan kelulusan dengan hingar bingar kendaraan bermotor. Karena setelah lulus, mereka akan dihadapkan pada tiga pilihan (mungkin), yaitu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, masuk dalam dunia kerja yang keras atau hanya mengisi waktu yang (sangat) luang dengan bermain Onet. Beberapa tahun yang lalu, sebelum motor kreditan membanjiri dunia ini, para siswa SMA hanya melakukan corat-coret sebagai ritual. Berbeda sekali situasinya dengan situasi saat ini. Sebagian besar anak SMA yang belum cukup umur itu sudah memiliki kendaraan (pinjaman dari ortunya tentu saja). Alhasil, pawai di jalan dengan suara knalpot monster dan klakson yang keras merajai jalanan. Pawai motor menjadi salah satu tradisi modern yang bisa mengganggu masyarakat pengguna jalan lainnya. Bisa menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan juga, misalnya kehabisan bensin ditengah jalan, bertemu polisi tidur yang bisa merusak keseimbangan jiwa dan lain sebagainya.

Mengapa mereka merayakannya dengan begitu gegap gempita? Apakah mereka yakin nilai yang menyebabkan lulus itu murni jerih payah mereka? Belum tentu. Meskipun kita tidak membiasakan untuk berprasangka buruk, kenyataan di lapangan berkata sebaliknya. Ya, inilah efek ”karena susu setitik, rusak susu sebelanga”. Kerana adanya beberapa oknum yang sedang tidak beruntung, tertangkap kamera ponsel saat memperbaiki jawaban siswa misalnya, maka seluruh institusi pendidikan harus diperiksa agar tidak lagi terjadi kecurangan semacam itu. Jikapun nilai itu benar adanya, mereka seharusnya bersyukur dengan cara yang lebih indah kerana semua itu datang atas izin-Nya. Jadi, mereka semestinya menyambut kelulusan itu dengan lebih hikmat dan penuh rasa syukur. Hal itu juga sebagai bentuk toleransi pada rekan-rekan yang tertunda kelulusannya.

Tidak semua siswa melaksanakan perayaan kelulusan dengan tindakan yang tidak elok. Pasti ada yang bersyukur dengan cara menyumbangkan seragam maupun bukunya pada yang lebih memerlukan. Ya tentu saja. Tindakan yang elok semacam ini jarang sekali terekspos ke dunia luar. Mereka berbuat kebajikan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari manusia, popularitas dari media, tidak untuk mencari muka apalagi untuk mencari uang.

Akhir kata, Saya ucapkan selamat pada rekan-rekan kita yang telah lulus dari jenjang di mana mereka berada. Jangan pernah lupa pada orang tua kerana merekalah yang berjasa sehingga kita bisa lulus dengan baik. Mereka pasti menginginkan kita menjadi orang yang lebih baik dari mereka. Jadi, jangan sia-siakan kelulusan ini. Jangan biarkan ijazahmu hanya memiliki dua teman. Berikan dia satu rekan lagi. Bagi yang sudah mumpuni dan mandiri serta percaya diri untuk memasuki dunia kerja, maka teruskanlah semangat itu. Hidup itu penuh dengan pilihan. Jalan hidup yang akan kau jalani adalah pilihanmu sendiri. Jika itu baik maka bersyukurlah, jika itu kurang baik maka jangan salahkan orang lain kerana itu semua adalah pilihanmu. Oya, jangan pernah menyerah pada jalan yang sudah kau pilih. Meskipun begitu, bukan berarti kau tidak boleh menyerah. Saatnya akan tiba dimana dirimu menyadari jika itu adalah saat dimana kau harus menyerah.


Mechadot, 20 Mei 2014 pukul 19.45 

Sumber gambar

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...