Tuesday, May 29, 2018

Bersyukur Saja


Syukuri Apa Yang Ada
 

Keluh kesah dalam kehidupan manusia tidak akan pernah usai. Segala hal bisa menjadi bahan keluh kesah. Apalagi di jaman Daring saat ini. Media sosial atau jika disingkat, MEDSOS, merupakan diary online yang menjadi kanvas segala macam keluhan dan gerutu akan ketidak-puasan yang dialami sehari hari. Semua keluhan beserta sumpah serapah yang mungkin berhubungan dengan pelayanan publik tumpah ruah di medsos hingga tidak terbendung lagi. Namun ada juga sebagian kecil dan segelintir warga net atau netizen yang melayangkan doanya melalui medsos. Tapi tetap saja keluh kesah yang mendominasi dunia medsos. Hanya ada satu cara untuk menghindari hal ini, yaitu bersyukur. Syukuri apa yang ada dan Insya Alloh, apa yang kau terima akan ditambah.

Ini adalah siklus yang sering dialami orang-orang yang termasuk manusia normal. Saat itu ketika masih nganggur, orang-orang pada sibuk mencari kerja. Kirim lamaran kesana dan kemari hingga tidak terhitung lagi puluhan lembar ijazah yang di fotocopy. Padahal, ada modus kejahatan yang bisa menggunakan ijazah itu untuk hal-hal yang tidak tepat. Saran penulis, ketika akan mengirimkan ijazah, apalagi yang sudah dilegalisir basah, pastikan perusahaan penerima itu valid. Karena banyak perusahaan abal-abal yang membuka lowongan abal-abal hanya untuk mencari ijazah. Ijazah ini nantinya bisa digunakan untuk ikut tender kegiatan kontruksi, terutama ijazah teknik seperti sipil dan arsitektur. Ijazah tingkat SMA bisa digunakan untuk staf kantor atau sejenis surveyor. Jadi, berhati-hatilah dalam mengirimkan ijasah pada perusahaan yang kemungkinan abal-abal alias imitasi.

Ada juga perusahaan valid yang membuka lowongan abal-abal. Berbagai macam formasi dibuka dengan kriteria tertentu. Ternyata, setelah wawancara, semua pelamar mengalami training yang secara tidak langsung menjadikan mereka tenaga marketing atau bahasa kerennya marketing executive. Yeah, orang kampung tidak akan sadar bahwa marketing executive itu memiliki kemiripan dengan salesman.

Nah, ketika sudah mendapatkan pekerjaan yang layak (di mata umum) dan bukan sebagai marketing, ada orang-orang yang malah mengeluh dengan rutinitas pekerjaan yang monoton, kerja lembur yang tidak dihargai dan lain sebagainya. Bahkan ada orang yang meminta tambahan tenaga padahal sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain dengan smartphone, dalam hal ini game online yang sedang hits, Mobile Legend atau ML. Ada juga yang sibuk membuat video dengan aplikasi menyesatkan, TIK TOK. Mereka membandingkan salary mereka dengan rekanan yang ada di institusi/perusahaan swasta lain. Ya tentu saja satu institusi dengan institusi lainnya memiliki kebijakan yang berbeda dalam hal kebijakan penggajian. Ya, begitulah manusia. Saat tidak punya pekerjaan, Mengeluh. Saat punya pekerjaan juga masih mengeluh. Lalu apa maunya? Tidak kerja dan uang terus mengalir bagaikan air sungai yang tiada henti?

Ada rekanan yang pernah mengalami kejadian serupa. Pekerjaan yang menumpuk dan salary yang mungkin bisa dibilang pas-pasan. Namun semua itu tidak membuat dia malas. Dia tetap masuk tepat waktu meskipun teman-temannya selalu molor dengan alasan tidak sesuai dengan salary yang diterima. Ada juga yang beralasan lelah lembur dan tidak ada dana lembur sehingga masuk siang dihitung sebagai kompensasinya. Memang, seharusnya bekerja itu harus sesuai porsi salary yang diterima namun ada seorang motivator yang berkata bahwa jika ingin kehidupan dan kebahagiaan meningkat, kita harusnya bekerja melebihi salary yang diberikan pada kita. Itu bisa jadi akan menjadi tabungan, jika bukan tabungan di dunia, maka itu akan menjadi tabungan di akhirat kelak.

Kembali pada cerita rekanan tadi. Untuk membeli lauk pauk semacam ikan dan telur, kadang dia berpikir panjang karena gajinya sudah terpotong untuk kredit kendaraan yang dipakai untuk bekerja. Untungnya, saat itu kantor menyediakan makan siang yang menunya lumanyan enak bagi dia namun begitu pahit di lidah teman-temannya. Entah karena standar lidahnya yang rendah atau lidah rekanan dia yang terbiasa dengan hidangan sekelas hotel bintang 10, tidak ada yang tahu. Tapi ya hidangan itu rutin berlangsung, misal Hari Senin bandeng presto, Hari selasa telur dadar, Hari Rabu telur ceplok mata kuda dan seterusnya. Bagi orang yang memiliki ambang kebosanan rendah, hal itu adalah kebosanan yang hakiki dan abadi. Karena hanya sebagian kecil staf yang makan hidangan kantor, alhasil lumayan banyak sisa lauk pauk setiap harinya. Dia dengan senang hati membawa kelebihan (bahasa kasarnya itu SISA) lauk itu ke rumahnya. Lumayan buat tambahan makan. Hal itu terus berlangsung dan ternyata cukup membantu hidangan sehari-hari. Itulah salah satu trik untuk menghadapi keterbatasan. Selalu bersyukur dengan hidangan yang ada dan berusaha meningkatkan tingkat toleransi kebosanan sehingga kita terbiasa dan tidak mudah bosan, seperti makan nasi dari jenis beras yang sama setiap hari.

Zet.@ Rider 091028052018

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...