Syukuri Apa Yang
Ada
Keluh kesah dalam
kehidupan manusia tidak akan pernah usai. Segala hal bisa menjadi bahan keluh
kesah. Apalagi di jaman Daring saat ini. Media sosial atau jika disingkat,
MEDSOS, merupakan diary online yang menjadi kanvas segala macam keluhan dan
gerutu akan ketidak-puasan yang dialami sehari hari. Semua keluhan beserta
sumpah serapah yang mungkin berhubungan dengan pelayanan publik tumpah ruah di
medsos hingga tidak terbendung lagi. Namun ada juga sebagian kecil dan segelintir
warga net atau netizen yang melayangkan doanya melalui medsos. Tapi tetap saja
keluh kesah yang mendominasi dunia medsos. Hanya ada satu cara untuk
menghindari hal ini, yaitu bersyukur. Syukuri apa yang ada dan Insya Alloh, apa
yang kau terima akan ditambah.
Ini adalah siklus
yang sering dialami orang-orang yang termasuk manusia normal. Saat itu ketika
masih nganggur, orang-orang pada sibuk mencari kerja. Kirim lamaran kesana dan
kemari hingga tidak terhitung lagi puluhan lembar ijazah yang di fotocopy.
Padahal, ada modus kejahatan yang bisa menggunakan ijazah itu untuk hal-hal
yang tidak tepat. Saran penulis, ketika akan mengirimkan ijazah, apalagi yang
sudah dilegalisir basah, pastikan perusahaan penerima itu valid. Karena banyak
perusahaan abal-abal yang membuka lowongan abal-abal hanya untuk mencari
ijazah. Ijazah ini nantinya bisa digunakan untuk ikut tender kegiatan
kontruksi, terutama ijazah teknik seperti sipil dan arsitektur. Ijazah tingkat
SMA bisa digunakan untuk staf kantor atau sejenis surveyor. Jadi,
berhati-hatilah dalam mengirimkan ijasah pada perusahaan yang kemungkinan
abal-abal alias imitasi.
Ada juga
perusahaan valid yang membuka lowongan abal-abal. Berbagai macam formasi dibuka
dengan kriteria tertentu. Ternyata, setelah wawancara, semua pelamar mengalami
training yang secara tidak langsung menjadikan mereka tenaga marketing atau
bahasa kerennya marketing executive. Yeah, orang kampung tidak akan sadar bahwa
marketing executive itu memiliki kemiripan dengan salesman.
Nah, ketika sudah
mendapatkan pekerjaan yang layak (di mata umum) dan bukan sebagai marketing,
ada orang-orang yang malah mengeluh dengan rutinitas pekerjaan yang monoton,
kerja lembur yang tidak dihargai dan lain sebagainya. Bahkan ada orang yang
meminta tambahan tenaga padahal sebagian waktunya dihabiskan untuk bermain
dengan smartphone, dalam hal ini game online yang sedang hits, Mobile Legend
atau ML. Ada juga yang sibuk membuat video dengan aplikasi menyesatkan, TIK
TOK. Mereka membandingkan salary mereka dengan rekanan yang ada di institusi/perusahaan
swasta lain. Ya tentu saja satu institusi dengan institusi lainnya memiliki
kebijakan yang berbeda dalam hal kebijakan penggajian. Ya, begitulah manusia.
Saat tidak punya pekerjaan, Mengeluh. Saat punya pekerjaan juga masih mengeluh.
Lalu apa maunya? Tidak kerja dan uang terus mengalir bagaikan air sungai yang
tiada henti?
Ada rekanan yang
pernah mengalami kejadian serupa. Pekerjaan yang menumpuk dan salary yang
mungkin bisa dibilang pas-pasan. Namun semua itu tidak membuat dia malas. Dia
tetap masuk tepat waktu meskipun teman-temannya selalu molor dengan alasan
tidak sesuai dengan salary yang diterima. Ada juga yang beralasan lelah lembur
dan tidak ada dana lembur sehingga masuk siang dihitung sebagai kompensasinya.
Memang, seharusnya bekerja itu harus sesuai porsi salary yang diterima namun
ada seorang motivator yang berkata bahwa jika ingin kehidupan dan kebahagiaan
meningkat, kita harusnya bekerja melebihi salary yang diberikan pada kita. Itu
bisa jadi akan menjadi tabungan, jika bukan tabungan di dunia, maka itu akan
menjadi tabungan di akhirat kelak.
Kembali pada
cerita rekanan tadi. Untuk membeli lauk pauk semacam ikan dan telur, kadang dia
berpikir panjang karena gajinya sudah terpotong untuk kredit kendaraan yang
dipakai untuk bekerja. Untungnya, saat itu kantor menyediakan makan siang yang
menunya lumanyan enak bagi dia namun begitu pahit di lidah teman-temannya. Entah
karena standar lidahnya yang rendah atau lidah rekanan dia yang terbiasa dengan
hidangan sekelas hotel bintang 10, tidak ada yang tahu. Tapi ya hidangan itu
rutin berlangsung, misal Hari Senin bandeng presto, Hari selasa telur dadar,
Hari Rabu telur ceplok mata kuda dan seterusnya. Bagi orang yang memiliki
ambang kebosanan rendah, hal itu adalah kebosanan yang hakiki dan abadi. Karena
hanya sebagian kecil staf yang makan hidangan kantor, alhasil lumayan banyak
sisa lauk pauk setiap harinya. Dia dengan senang hati membawa kelebihan (bahasa
kasarnya itu SISA) lauk itu ke rumahnya. Lumayan buat tambahan makan. Hal itu
terus berlangsung dan ternyata cukup membantu hidangan sehari-hari. Itulah
salah satu trik untuk menghadapi keterbatasan. Selalu bersyukur dengan hidangan
yang ada dan berusaha meningkatkan tingkat toleransi kebosanan sehingga kita
terbiasa dan tidak mudah bosan, seperti makan nasi dari jenis beras yang sama
setiap hari.
Zet.@ Rider
091028052018
No comments:
Post a Comment