UANGNYA TIDAK BERSERI
Nyonya besar itu ingin makan siang di Singapura. Asistennya akan memesan
tiket pesawat kelas 1 namun nyonya menolak. Dia ingin tiket kelas bisnis
berapapun harganya. Setelah makan siang di Singapura, dia juga mempersiapkan
makan malam di salah satu kota di Australia. Jadi driver ini bergumam ”uang
mereka tidak berseri”. Mungkin maksudnya uangnya tidak terbatas. Namun sayangnya
Nyonya itu sangat perhitungan. Dia memberikan uang receh, seratus-lima ratus
perak buat driver ini. Uang receh itu buat pak ogah atau orang-orang yang biasa
memberikan bantuan di tengah jalan.
Aku segera menimpali. Bisa makan setiap hari saja kita sudah cukup bersyukur.
Yang penting sehat dan bisa tidur dengan tenang, itu termasuk salah satu
karunia terbesar dari Sang Pencipta. Harta yang tidak seberapa ini saja sudah pasti
cukup merepotkan saat hisab nanti. Jadi tidak perlu menginginkan harta yang
tidak berseri seperti para konglomerat itu.
Driver ini juga bercerita jika dia stanby di Jakarta. Pulang seminggu
sekali ke rumahnya yang berada di luar Jakarta. Jadi dia tidurnya ya di mobil. Aku
sempat berpikir jika dia bolak balik ke rumah setiap hari. Ternyata benar jika
setiap orang menjalani ujiannya masing-masing. Dia berniat kost di jakarta
namun dari info yang dia dapat, harga kost paling murah itu 3 juta/bulan. Itu pun
berada di pinggiran Jakarta.
Aku terkejut setengah hidup mendengar biaya kos di Jakarta. Bagaimana cara
orang Jakarta membayar biaya tersebut. Apakah mereka nyambi sebagai kurir
narkoboy? Realita ini membuatku semakin bersyukur hidup di pedalaman Kalimantan.
Yang penting tidak bertemu dengan Kuyang belang terbang menerawang. mechadot@210102062025.
No comments:
Post a Comment