Wednesday, January 16, 1991

Masa Kanak-Kanak

Masa Taman Kanak-Kanak


            Tak terasa, time run so fast. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Tahun berganti windu. Windu berganti dekade. Dekade berganti abad. Abad berganti millenium. Sudah saatnya aku memasuki dunia nyata, dunia sekolah, meskipun itu hanya Taman Kanak-Kanak. Ternyata umurku sudah terlalu tua sehingga tidak bisa diterima sebagai member kelas O kecil. Akhirnya aku resmi menjadi member O besar meski hanya selama 6 bulan. Saat itu begitu menyenangkan. Ya, dunia anak-anak adalah dunia bermain.

Aku bermain sambil belajar. Ya, itu kalimat yang benar. Acara intinya adalah bermain, bukan belajar sambil bermain. Bermain dengan kertas lipat, belajar melipat kertas dan membuat berbagai macam bentuk sederhana yang menarik. Bernyanyi juga merupakan acara utama yang begitu menyenangkan. Bernyanyi dengan riang gembira.

Hari pertama adalah hari yang tidak terlupakan kerana aku meneteskan air mataku. Tentu saja aku menangis kerana berada di dunia yang baru bagiku. Ibuku harus menjagaku dari luar. Aku harus melihat beliau dari dalam kelas agar hatiku tenang. Syukurlah kerana peristiwa itu tidak berlangsung terlalu lama hingga akhirnya aku bisa tinggal di kelas tanpa ada yang menunggu di luar kelas.

Jaman telah berganti dari orde lama menjadi orde baru hingga jaman reformasi dan millenium kedua. Kehidupan di dunia taman kanak-kanak yang dulu kurasakan tidak lagi dirasakan anak-anak masa kini. Mereka harus belajar sambil bermain. Mereka belajar membaca, menulis dan berhitung sejak masuk ke TK. Iba sekali rasanya melihat anak-anak itu. Mengapa? Kerana ada ujian baca/tulis untuk masuk ke kelas 1 Sekolah Dasar. Selain itu, tas mereka dipenuhi buku-buku panduan cetak dan LKS yang semakin lama semakin berat. Setelah pulang sekolah, mereka diharuskan mengikuti berbagai macam les yang sudah pasti melelahkan. Mereka hidup sesuai keinginan orang tuanya. Agar orang tuanya tidak malu saat berkumpul dengan orang tua yang lain. Mereka mengorbankan anaknya agar bisa berbangga dalam sebuah komunitas. Anak mereka telah kehilangan waktu bermain sehingga bisa menjadikan mereka orang dewasa yang tidak bahagia pada masa kecilnya.

Otak mereka dipacu lebih cepat sebelum waktunya tiba. Yang ditakutkan, yang di khawatirkan dan yang dicemaskan adalah efek sampingnya. Otak yang terlalu cepat ”dimekarkan” kemungkinan bisa jadi ”layu” lebih cepat. Ya, begitulah salah satu efek perkembangan jaman yang tidak terkendali. Yang seharusnya ditanamkan pada masa anak-anak adalah nilai kejujuran, kesadaran sosial dan nilai kemanusiaan yang akan sangat penting pada saat mereka dewasa. Pembelajaran itu lebih sulit dari pada sekedar membaca, menulis dan menghitung.


Zet.@ 15 Feb 2014, Disempurnakan pada 16 feb 2015.

Sumber Gambar

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...