Tuesday, February 2, 1999

RAZIN MENABUNK


RAJIN MENABUNG


Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat tanggal lahir, dan kejadian, itu hanya yang amat sangat tidak disengaja.

Dia berjalan melenggang dengan gagahnya menuju sebuah bank (baca : bang). Dia adalah Pak Oēntoēnk (baca : oēntoēng bukan untung). Perawakannya ceking dan wajahnya dihiasi kumis yang tebal. Sungguh sangat tidak serasi. Dia adalah seorang guru SD. Mungkin itu salah satu sebab dia rajin menabung. Sebab lain yang pasti adalah bunga bank dan hadiah dari bank untuk katagori tertentu. Ini adalah kali kelima dia pergi ke bank dalam dua pulah hari terakhir ini. Jadi, kalau di rerata, dia menabung setiap empat hari se-x (baca : sekali).

Aku telah mengikutinya sejak lama. Dia sangat rajin menabung di bank itu. Maaf, aku tidak tidak bisa menyebutkan nama bank itu karena nanti akan dianggap iklan. Tetapi hari ini dia akan mengambil tabungannya.

Dia menghentikan langkahnya dan menatap ke seberang jalan. Dia harus menyeberang jalan untuk mencapai bank langganannya. Saat itu ada seorang anak muda di dekatnya. Pemuda itu menghidupkan sepeda motornya. Tiba-tiba Pak Oēntoēnk membentak pemuda itu dengan kata-kata yang perlu dibersihkan.

”#%*@ψЖ₪≠ JAN CUK (bukan singkatan dari ’Jadilah Anak Negeri Cerdas Ulet Kreatif’), ”umpat Pak Oēntoēnk. kotor se-x, bukan? Jancuk, misalnya, adalah kata makian yang tak pantas diucapkan manusia apalagi mahasiswa senior (yang katanya intelek dan beridealisme tinggi) kepada mahasiswa juniornya saat ospek (bahasa halusnya ’pengkaderan’). tentu saja pemuda itu kaget setengah hidup.

Apa salah saya, Pak?” tanya pemuda itu polos.

Gas dari motormu ini mengenai wajahku, tahu (baca: tau)!” jawab Pak Oēntoēnk dengan nadanya yang tertinggi. Pak Oēntoēnk kemudian menyeberang jalan sambil menggerutu. Sedangkan pemuda itu masih terpaku sambil menatap knalpot sepeda motornya yang mendongak ke atas. Kepalanya masih dipenuhi tanda? (baca: tanya)????????? Ah, dasar blo’on. Masa dia tidak mengerti. Aku yang tidak pernah makan bangku sekolah saja mengerti. Mungkin dia terlalu banyak makan fast food, formalin, makanan kaleng, asap timbal (bahasa kerennya plumbum) dan lain-lain sehingga otaknya menyusut.

________________



Singkat cerita, Pak Oēntoēnk telah mengambil uangnya dari bank kesayangannya. Kini dia tiba di halaman sekolah. Ia menuju ke kantornya dengan muka sedikit masam. Aku geram se-x saat mengetahui apa yang dipikirkannya. Anda ingin mengetahui apa yang dipikirkannya?

Seandainya ini bukan hari kenaikan kelas, aku tidak akan mengambil tabungan ini” begitulah pikirnya. Pak Oēntoēnk telah menyalahgunakan uang tabungan murid-muridnya. Ia menyimpan uang mereka di bank dan mengambil bunganya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia di mata setan. Aku ingin sekali membereskan orang ini, namun atasanku melarangku.

Waktu pembagian raport telah tiba. Pak Oēntoēnk berjalan menuju kelasnya dengan membawa setumpuk raport. Ia menuju kelas asuhannya, kelas lima. Murid-muridnya memberi salam saat Pak Oēntoēnk memasuki ruang kelas. Pembagian raport berjalan singkat setelah Pak Oēntoēnk mengumumkan peringkat kelas. Acara selanjutnya adalah pembagian uang tabungan.

Bapak senang se-x (baca : sekali) karena kalian raji menabung, Bapak harap kalian terus membudayakan kebiasaan itu,” ucap Pak Oēntoēnk. Itulah basa basi yang dilontarkan Pak Oēntoēnk. ” Rajin menabung harus dibudayakan termasuk menabung utang. Lihatlah negeri ini, betapa melimpahnya utang yang harus dibayar oleh sepuluh turunan, atau bahkan lebih...dengan kata lain setiap bayi yang baru lahir telah menanggung utang yang berbunga-bunga. Bapak pesimis bangsa ini bisa melunasi utang sebelum kiamat menjemput.” Akhirnya acara itu berakhir dengan damai tanpa tindakan anarkis.

________________



Pak Oēntoēnk telah berada di rumahnya. Ia sedang menghitung uang bunga tabungan muridnya. Jumlah uang yang banyak itu menumbuhkan berbagai rencana diantaranya memperbesar rumah, memperkecil utang, memperlebar kebun dan mempersempit jalan raya. Pak Oēntoēnk menghitung uang tersebut berulang x (mungkin sudah lima puluh x). Anda tahu kenapa? Pasti tidak tahu. Akan saya beri tahu. Dia melakukan hal tersebut karena dia tidak menyangka jika seorang guru dapat mempunyai...maaf, yang benar memunyai uang sebanyak itu. Tiba-tiba telepon berdering dengan nada yang monoton. Pak Oēntoēnk bergegas mengangkatnya. Wajahnya yang semula riang sedikit berubah kusut setelah menerima telepon tersebut. Rupanya ia di tunggu rekan-rekannya di sekolah untuk mengikuti seminar”rajin menabung malas berutang”. Pak Oēntoēnk segera menyimpan uang miliknya dalam brankasnya yang memiliki sepuluh kombinasi nomor kunci. Ia lalu pergi ke sekolah yang telah menantikan kehadirannya.

______________



Pak Oēntoēnk sedang menuju rumahnya. Ia tersenyum puas karena telah mendapatkan inspirasi dalam seminar tersebut. Tiba-tiba ia terpaku saat melihat rumahnya. Seingatnya rumahnya berwarna hijau (karena lumut) namun mengapa kini berwarna merah mrnyala-nyala. Ia langsung berlari menuju rumahnya yang sedang disantap Si jago merah. Anda pasti tahu tujuannya. Ya. Uang itu. Ia berusaha menyelamatkan uang itu. Namun sebelum masuk, atap rumahnya sudah mulai berjatuhan. Nyalinya menciut. Akhirnya seluruh rumahnya hangus terbakar termasuk brankasnya yang terbuat dari triplek. Semuanya telah rata dengan tanah kecuali bak mandinya yang masih utuh. Rupanya Si jago merah sangat menyukai rumah Pak Oēntoēnk yang seluruhnya terbuat dari kayu sehingga ia hanya menyisakan bak mandi yang berisi air.

Kini Pak Oēntoēnk hanya dapat menatap puing-puing rumahnya. Matanya yang semula berbinar-binar berubah kosong. Semua tetangganya hanya bisa menonton dan turut bersedih melihat guru yang teladan. Namun aku tertawa terbahak-bahak karena aku tahu itu adalah perbuatan atasanku di atas sana. Beliau telah turun tangan.

Tiba-tiba Hpku berbunyi. Ada SMS yang masuk. Aku tersenyum setelah membaca isinya. Aku telah menanti tugas ini sejak empat puluh tahun yang lalu. Aku pun mengikuti Pak Oēntoēnk yang berjalan dengan pandangan kosong. Dia meninggalkan bangkai rumahnya tanpa tujuan. Kini dia sampai di tepi jalan raya ramai. Ia ingin menyeberang namun kehilangan kesabaran dan ia menyeberang dengan tiba-tiba. Akibatnya braaaaaaaaaaak, klontang, kleneng-kleneng, glodakkkkk! Sebuah truk menabraknya dengan sukses. Pak Oēntoēnk terkapar sekarat. Inilah saatnya aku beraksi. Aku mengeluarkan sabit besar yang kusimpan di balik jubah hitamku. Namun jangan salah, aku tidak meminjamnya dari MS Gundam yang dipiloti oleh Duo Maxwell. Aku mencabut jiwa Pak Oēntoēnk secara paksa tanpa belas kasihan. Untuk apa mengasihani orang yang tidak bisa mengasihani dirinya sendiri. Akhirnya aku menyelesaikan tugas ini. Dan berakhirlah ceritaku yang seru ini.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...