Monday, December 17, 2012

Artikel Ahli Hisab


ROKOK dan KORUPSI


Gambar dari SuaraPembaca
Sepertinya dua hal itu adalah dua hal yang tidak berkaitan bahkan tidak mengenal satu sama lain. Namun ternyata hal itu sangat berkaitan satu sama lain. Suatu hari (12 Desember 2012), saat @ku Saat sedang mengirim paket melewati Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, @ku melihat beberapa mahasiswa dengan jas kuning melakukan aksi demo. Mereka membawa beberapa lembar kertas dengan tulisan-tulisan yang intinya berkaitan dengan korupsi. Yang mengusik @ku ada celetukan dari teman yang kubonceng. Dia bilang, koruptor yang mereka demo itu juga dulunya adalah mahasiswa. Wah, bener juga!! Bahkan ada juga lho koruptor yang asalnya adalah dosen.
Gambar dari dewiruu

@ku jadi bertanya-tanya. Apa saja yang dilalui oleh para mahasiswa yang memiliki idealisme anti korupsi itu sehingga akhirnya menjadi oknum pejabat yang korup. Apakah mereka benar-benar mahasiswa idealis atau mereka secara tidak sadar telah menjadi oknum mahasiswa? OK, mari kita check ciri-ciri oknum mahasiswa. Pertama, mereka sering menitipkan absen pada teman-temannya. Kedua, mereka tidak pernah ikut berpartisipasi dalam acara tugas kelompok. Mereka hanya numpang nama dalam kelompok itu. Namun hal ini bukan berarti mereka tidak menguasai materi tersebut. Mereka hanya malas berkontribusi karena sibuk berorganisasi. Ketiga, mereka melakukan open book saat ujian close book. Pada jaman yang serba online saat ini, mereka malah tidak perlu open book lagi. Mereka hanya perlu bertanya pada mbah google untuk setiap ujian close booknya. Keempat, mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan Indeks Prestasi yang memuaskan atau istilah kerennya kemelut, eh Cum laude. IPK menjadi satu standar namun pada kenyataannya, IPK bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan di dunia kerja. Yang terakhir, mungkin tidak ada hubungannya dengan dunia mahasiswa namun sering dilakukan mahasiswa saat menjadi mahasiswa, yaitu bermain-main dengan sesuatu yang bernama cinta. Jika mereka tidak serius dalam melakukannya, sering melancarkan tipuan dan hal-hal yang tricky, maka tidak diragukan lagi jika mereka termasuk oknum mahasiswa.
Gambar dari Sahabat sehat

Korupsi semakin menjamur di negeri ini. Seperti gorengan yang laris manis di sore hari yang di guyur hujan. Korupsi itu seperti rokok. Orang normal dan berpendidikan pasti mengetahui efek positif bagi para perokok. Positif kanker, positif serangan jantung, positif mencemari paru-paru, dan positif impotensi. Nah, meskipun mereka yang predikat Strata 1, Strata 2 dan Strata 3 itu telah mengetahui efek posistifnya rokok, mereka tetap saja menjadi pecandu rokok yang setia. Rokok sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan menu 4 sehat pun menjadi sempurna denngan rokok, bukan dengan susu.
Merokok itu artinya memasukkan racun pada tubuh. Meski sehari hanya 20 batang, akumulasinya pada umur 100 tahun akan terasa dengan kentara. Bisa dibilang, itu adalah selfsuicide dengan perlahan-lahan. Masalahnya tidak berhenti disitu. Yang paling beresiko pada efek positif rokok adalah para perokok pasif yang setia berada di sekitar para perokok aktif. Mereka bisa lebih menderita dari pada para perokok. Sungguh sangat ironis.
Nah, sekarang kita mengetahui hubungan rokok dan korupsi. Koruptor juga mengetahui efek dari korupsi karena meraka telah belajar dan bergelar sarjana. Mereka bahkan belajar hingga ke luar negeri dengan niat memajukan negara ini. Namun ada ”sesuatu” yang mengubah niat suci mereka itu. Niat itu berubah dan akhirnya malah menyengsarakan seluruh rakyat di negeri ini. Sungguh suatu ironi yang sulit dipercaya. Ternyata, Para perokok bisa dikategorikan sebagai koruptor juga. Ada sebuah instansi yang tidak mempekerjakan orang yang merokok. Mereka menilai, orang yang merokok telah mengurangi jam kerjanya dengan merokok di luar ruangan meski hanya 10 atau 20 menit. Mereka dibayar untuk bekerja, bukan untuk merokok. Meskipun kinerjanya bagus dan di atas standar, merokok tetaplah tindakan yang dianggap korup. Koruptor juga memiliki kinerja yang bagus hingga sampai saatnya sistem yang mereka jalankan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Para perokok berat akan sulit beradaptasi pada peraturan yang hanya membolehkan merokok pada jam istrahat. Merokok di ruangan ber-AC juga tidak mungkin diperbolehkan kecuali ada ruang kerja khusus perokok. Di ruangan itu akan berkumpul segala jenis perokok dari kelas bulu hingga kelas bantam. Yang jelas, ruangan itu pasti akan menjadi ruangan berasap hingga nyamuk saja enggan untuk berkunjung ke sana.
Gubernur DKI yang sedang membuat berbagai gebrakan, salah satunya mengeluarkan aturan larangan bagi PNS untuk  merokok di jam kerja. Hal itu sangat keren dan fenomenal. Hal itu perlu dukungan masyarakat luas karena mayoritas masyarakat bukanlah perokok. Merokok bisa merugikan masyarakat pada umumnya. Untuk urusan birokrasi yang cuma 10 menit bisa menjadi satu jam karena petugasnya lebih mengutamakan rokoknya terlebih dahulu. Alasannya bermacam-macam, mulai dari ngantuk jika tidak merokok, tidak ada ide jika tidak merokok dan tidak keren jika tidak merokok. Hmm... yang terakhir itu sangat gaje kriterianya.
PNS, apalagi yang bekerja di dinas keagamaan, tidak seharusnya merokok karena agama melarang tindakan bunuh diri. Merokok adalah tindakan bunuh diri, bahkan bisa dibilang bunuh diri masal secara perlahan-lahan karena asapnya terkonsumsi masyarakat sekitar secara tidak sengaja. PNS dari kalangan guru juga tidak sepantasnya merokok. Apalagi guru olah raga yang selalu mengajarkan tentang kesehatan raga dan jiwa. Apa kata dunia jika guru olah raga yang menyuarakan kesehatan adalah perokok berat? Guru Sekolah Dasar yang merokok di lingkungan sekolah secara tidak sadar (namun sengaja) telah meracuni paru-paru anak yang bersih dan tidak berdosa dengan asap dari neraka. Masuknya asap rokok itu membuat anak-anak bisa menjadi penderita sebagai perokok pasif atau membangkitkan bakat mereka sebagai perokok berat.
Yang paling ironi adalah jika ada agen kesehatan yang merokok. Penulis pernah singgah ke sebuah rumah sakit besar di kawasan BBM. Banyak tempelan di dinding rumah sakit yang melarang orang merokok. Misalnya, tegurlah jika ada orang yang merokok, kami juga membutuhkan udara yang bersih, jangan sungkan untuk menegur orang yang merokok, dilarang merokok di kawasan ini dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, ada petugas atau penjaga ruangan yang merokok dengan seenaknya. Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut tanpa tindakan tegas, rumah sakit yang seyogyanya untuk mengobati orang yang sakit, malah akan menyakiti orang yang sakit dan bisa menambah penderitaannya. Apakah peraturan di dinding rumah sakit itu hanya berlaku pada orang luar?
Sebagai penutup tulisan singkat yang gaje ini, @ku hanya ingin memperjelas hubungan antara rokok dan korupsi. Kita harus menghentikan semua kebiasaan yang buruk. Salah satunya adalah merokok karena itu termasuk cikal bakal korupsi. Perokok adalah koruptor waktu sekaligus membawa malapetaka bagi khalayak meskipun hanya sedikit demi sedikit. Namun jika perokoknya ada seratus orang, meski masing-masing hanya sepuluh menit, itu tidak bisa dikatakan ”sedikit demi sedikit”. Jika ada ahli agama yang merokok, maaf, no Offense, maka mereka bukanlah ahli agama yang sejati karena merokok adalah tindakan yang membawa kemudharatan bagi keluarga dan umat pada umumnya. Yang jelas, kalau ada ahli agama yang merokok, gak banget deh. Semoga mereka mendapatkan petunjuk untuk kembali ke jalan yang benar. Terima kasih (Zet.@, 17 Desember 2012)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...