Thursday, November 11, 1999

Kawai Bro

My  Lovely Bro


Once upon a time, pada suatu hari, di sore hari yang cerah, @ku melangkahkan kakiku ke halaman depan rumah. Setelah beberapa langkah, sampailah @ku di tepi jalan. Itu sebenarnya adalah jalan kategori lokal namun kondisinya belum layak dikatakan sebagai jalan lokal. Perhatianku tertuju pada seekor makhluk berbulu yang kawai banget. Putih bermotif hitam, bagus sekali. Pada wajahnya, motif itu membuatnya terlihat seperti memakai topeng. Keren banget dah. Itulah seekor anak kucing milik tetangga di seberang jalan. Dia sedang asyik bermain sendirian. @ku secara spontan memanggilnya dengan mantra ajaib, puss. Dia tentu saja tidak mendekat begitu saja mengingat @ku adalah orang asing yang baru saja dilihatnya. Karena jurus pertama gagal, jurus kedua pun dikeluarkan. Memberinya bau ikan, tentu saja dengan ikannya. Meski bukan ikan seutuhnya, hanya tinggal tulang belulangnya saja, dia akhirnya tergoda. Dia tidak bisa membohongi aroma lezat yang dirasakan oleh hidungnya yang tajam. Akhirnya dia mau mendekat. Perlahan namun pasti, dia mendekat sambil bersikap waspada. Dia sepertinya tidak ingin menjadi korban penculikan yang memerlukan tebusan hingga ratusan juta rupiah. Akhirnya dia menyantap tulang belulang itu hingga ludes.

Semakin lama, kami semakin akrab. Dia selalu mengikuti @ku ke manapun @ku pergi. Saat itu, kata ”bro” sering terdengar di televisi. Kata bro begitu booming. Akhirnya, setelah mendengarkan berbagai pertimbangan, aku memutuskan memberi nama anak kucing tetangga itu dengan nama ”bro”. Bro sepertinya senang dengan nama itu. Dia selalu berlari ke arahku saat kupanggil dengan nama bro. Bro semakin terbiasa dengan nama itu. Tetangga yang ada di belakang rumah sampe heran melihat bro menanggapi panggilan bro dariku. Bro lebih sering bermain di rumahku dari pada di rumahnya sendiri. Untung saja pemiliknya ikhlas aja kucingnya saat kucingnya jarang di rumah.

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti bulan. Saat bulan belum sempat berganti tahun, terjadilah sebuah prahara yang mengundang tragedi. @ku harus pergi meninggalkan rumah untuk di rawat di rumah sakit. Kami sekeluarga pergi selama sebulan yang otomatis tidak ada orang di rumah. Setelah kami kembali, tidak ada lagi bro yang biasanya menyambutku. Pemiliknya juga tidak tau dimana keberadaannya. Sedih sekali rasanya. Ini adalah kali kedua @ku kehilangan kucing. Yang pertama saat @ku kelas 6 SD. Kucingku yang belangnya seperti macan loreng hitam itu mati. Sedih sekali rasanya. Sejak kehilangan bro, @ku sedikit enggan untuk memelihara kucing. Biarlah bro menjadi kucing terbaik yang pernah kumiliki. Bro, where are you now? I hope you get the best master like me. I hope you still remember the name that I give to you. See you Bro. itsuka kitto….(11 Maret 2013).



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...