Thursday, April 4, 2013

Smoge Emergency

Fenomena Kabut Asap



Kabut, akhir-akhir ini kata itu begitu terkenal. Apakah kabut itu dan dari mana asalnya? Apakah berbahaya atau bermanfaat?


Setiap orang mengetahui jika bumi terus berputar meskipun tidak merasakannya secara jelas. Perputaran itu membuat bumi mengalami musim yang silih berganti. Dalam pergantian musim itu manusia terus melakukan pembangunan. Sayangnya, pembangunan ini tidak disertai dengan kebijakan pada lingkungan. Zaman semakin maju namun kearifan pada lingkungan semakin menurun. Kegiatan buang sampah tidak pada tempatnya terus terjadi. Di mana kah semboyan “kebersihan sebagian dari iman” diletakkan? Hal ini memicu terjadinya banjir pada musim penghujan. Selain karena tumpukan sampah yang menggunung, banjir juga diakibatkan habits masyarakat yang melakukan perusakan hutan (deforestasi) seenaknya. Habits itu sebenarnya logis saja. Masa tanam saat musim penghujan dan panen saat musim kemarau. Setelah panen itulah terjadi proses kremasi sisa lahan sekaligus kremasi untuk pembukaan lahan baru. Ritual inilah yang memunculkan fenomena alam yang disebut sebagai kabut asap. Kebakaran hutan juga terjadi secara alami namun jumlahnya tidak sebesar dan seluas hasil ritual masyarakat yang terorganisir dengan baik.

Kabut asap ini terjadi setiap tahun dengan rutin. Pihak terkait juga rutin memberikan komentarnya, “kita jadikan ini sebagai pelajaran”. Kabut asap ini termasuk tindakan protes dari alam karena kegiatan manusia yang tidak manusiawi pada alam. Meraka bahkan menyampaikan protesnya hingga lintas negara. Kabut ini juga memberikan persepsi negatif pada produsennya di mata dunia internasional. Kabut asap membawa dampak bagi manusia baik secara finansial maupun kesehatan. Kabut bisa menjegal lalu lintas, baik darat, laut maupun udara yang tentu saja akan berimbas pada roda perekonomian masyarakat. Dari segi kesehatan, kabut bisa mengisi paru-paru manusia dengan kandungan kimianya yang berbahaya sehingga meningkatkan jumlah penderita penyakit saluran pernapasan. Dari segi estetika, kabut ini bisa merusak pemandangan. Jalanan yang eksotis bisa menjadi jalur horor karena jarak pandang hanya puluhan bahkan bisa mencapai 5 meter. Dalam situasi tersebut, kendaraan tidak akan bisa mencapai kecepatan maksimalnya. Hal ini tentu saja merugikan bagi orang yang memiliki prinsip “waktu adalah uang”.

Fenomena kabut asap harus diberikan solusi agar tidak menjadi rutinitas tahunan yang akhirnya menjadi habits dan akan dianggap biasa saja. Langkah awal adalah perlu adanya  kesadaran dari masyarakat mengenai ritual yang mereka lakukan. Masyarakat harus disadarkan jika ritual itu membawa dampak buruk pada lingkungan yang pada akhirnya akan membawa petaka bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Ritual itu sebenarnya shortcuts yang menggiurkan karena bisa menghemat waktu dan biaya namun dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada kualitas lingkungan. Pembakaran pada lahan gambut memiliki resiko yang lebih tinggi dari lahan pada umumnya karena bisa menyebabkan kebakaran lahan dalam skala yang luas.

Jika langkah persuasif dan damai tidak digubris, maka pihak terkait harus menegakkan kebijakan tentang kelestarian lingkungan hidup yang sudah beredar. Kebijakan tentang lingkungan hidup yang sudah dibuat itu pasti memuat sanksi bagi para pelanggarnya. Pelaku pembakaran bisa dikategorikan pelaku kriminal meskipun yang dikremasi adalah lahannya sendiri. Pelaku bisa terkena pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Kebijakan yang berupa Undang-Undang itu tidak boleh mandul begitu saja karena ancaman pidana maksimal 15 tahun penjara hanya akan menjadi bahan ejekan dan gertakan semata. Tetapi perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat secara terus-menerus agar mereka tidak lupa jika ada aturan seperti itu.

Jika langkah preventif juga tidak bisa mencegah terjadinya kremasi lahan, maka hujan buatan adalah satu solusi untuk menanggulangi kabut asap. Meski menelan cost yang tidak sedikit, pengadaan hujan buatan masih lebih efisien dari pada dampak yang ditimbulkan oleh kabut asap. Meskipun tidak terjadi secara alami, hujan buatan bisa mengusir kawanan kabut asap. Selain itu, hujan ini bisa menjadi solusi dari musim kemarau yang berkepanjangan.

Sebagai penutup, marilah kita galakkan hobby yang baik karena hal itu akan menyenangkan jika sudah menjadi habits. Bagi yang memiliki bad habits, mereka harus bisa keluar dari tempurung kelapa, melihat dunia luar dan breaking the habits. Jika musibah dan bencana yang datang sudah dianggap biasa sebagai efek bumi yang lansia, maka di masa depan, pepatah akan berbunyi “tiada hari tanpa bencana”.  
Credit to Original Creatore, Z

Sumber Gambar DISINI

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...