Monday, July 15, 2013

About MUSICA



Tentang LAGU

Pada jaman dahulu, jaman yang bisa dikatakan pra high-technology, mendengarkan lagu adalah hal yang cukup langka. Kali ini penulis akan berbagi cerita, a story, tentang pengalaman penulis pada jaman dahulu yang berhubungan dengan lagu. 

Saat itu, peralatan elektronik yang ada (meskipun dengan jumlah yang cukup terbatas) adalah Televisi dan Radio. Saat itu, yang penulis punya adalah radio. Jadi mendengarkan lagu di radio adalah jadwal yang sudah di jadwalkan pada tiap harinya. Selain hiburan berupa lagu, ada juga hiburan berupa sandiwara radio yang saat itu menjadi hiburan paling keren. Kalau tidak salah, sandiwaranya berkisah seputar kerajaan-kerajaan dimasa lalu. Seru banget pokoknya.

Waktu terus berjalan. Akhirnya ada media elektronik berikutnya, yaitu televisi (tabung) yang cukup menghibur karena warnanya cukup lengkap. Acara musik yang ditunggu-tunggu adalah album minggu yang selalu tayang pada Hari Minggu di TVRI (Televisi Republik Indonesia). Saat itu, berbagai lagu menjamur dengan cepat. Yang paling di Ingat adalah banyaknya lagu dari negeri tetangga yang numpang lewat di acara itu. Sementara untuk penyanyi dari dalam negeri, yang sangat tidak mainstream juga ada. Mereka ada dua orang. Dalam video klip yang tayang, mereka tidak pernah memunculkan wajah ataupun sosoknya, jadi hanya penari latarnya yang tampak. Aneh sekali. Jika penyanyi pada umumnya ingin eksis dengan nampang pada video klipnya, mereka malah tidak nampak secuilpun. Namun penulis angkat topi dengan mereka. Sepertinya mereka mengikuti prinsip penyanyi sejati, yaitu orang yang menjual suara, bukan orang yang mengandalkan tampang atau body (seperti saat ini) serta aji mumpung yang tidak jelas dasarnya. Saat ini, penulis tidak lagi mengetahui nasib yang menimpa program Album Minggu itu.

Karena adanya perebutan kepentingan atas televisi (di dalam rumah), maka penulis kembali pada radio sebagai sumber hiburan yang berupa lagu. Saat itu ada program lain yang ikut terjadwal, yaitu acara baca puisi di radio atau mengisi jeda antar acara yang diisi dengan lagu-lagu lokal. Untuk keperluan pelajaran (Bahasa Inggris), penulis membeli dua buah kaset (yang asli tentunya), yaitu satu kaset Scorpion dan satu kaset MLTR (Michael Learns To Rock). Lalu ada beberapa kaset melayu yang juga dibeli. Karena pada jaman itu kaset masih laku, maka penulis sering meminjam kaset dari teman-teman. Salah satu kaset yang pernah penulis pinjam adalah kaset sandiwara Ksatria Baja Hitam. Saat itu, kaset jenis ini sedang booming tak terkendali. Jaman kaset ini berakhir dengan lulusnya penulis pada kelas 12.

Saat kuliah, tentu saja penulis terpisah dengan TV dan Radio. Sebenarnya, terpisah disini bukan arti secara penuh. Mengapa? Karena ada TV meskipun milik umum karena berada di ruang tengah kos-kosan. Jadi, saat penduduknya berkumpul, kita tidak bisa seenaknya memilih channel yang kita inginkan, kecuali kita adalah operator TV tersebut. Hmm, jadi ingat kos-kosan samping sungai, dekat mesjid di Keputih, Surabaya. 

Waktu terus bejalan. Akhirnya, penulis memiliki apa yang disebut sebagai Personal Computer. Nah, dari sinilah penulis mengenal mp3 yang bisa didengarkan sebagai lagu. Akhirnya, mendengarkan lagu atau mp3 dari PC menjadi hiburan yang cukup untuk menurunkan tingkat ketegangan pada saat kuliah. Awalnya, penulis hanya mengcopy dari sobat-sobat yang sudah punya koleksi mp3. Namun, kerana ada lagu-lagu melayu yang tidak mereka miliki, maka penulis berburu ke rental-rental VCD yang saat itu sedang menjamur seperti menjamurnya warnet di musim hujan. Nah, kemudian apa yang terjadi? Penulis terkena virus anime-tokusatsu. Dan tentu saja, mp3 yang berhubungan dengan anime-tokusatsu tidak akan ditemukan dengan mudah di rental-rental itu. Akhirnya, penulis berkenalan dengan sobat yang bernama Download. Dari situlah penulis memperoleh mp3 anime-tokusatsu yang berjenis single, opening, ending, OST dan BGM (background music). Perburuan pun dimulai dan penulis mendapat julukan OST hunter (dari penulis sendiri).

Setelah masa kuliah berakhir, masa pencarian kerja pun dimulai. Ceritanya sebenarnya cukup panjang. Namun karena fokus kali ini adalah lagu, maka singkat cerita, penulis mendapatkan pekerjaan yang cukup jauh dari lokasi tempat tinggal. Hal itu menuntut penulis untuk tinggal di daerah yang jauh (Marabahan City). Saat itu tidak ada yang bisa dijadikan hiburan. Tidak ada PC maupun radio. Di kantor, ada TV dan media elektronik lainnya sehingga tidak menjadi masalah yang serius. Yang menjadi masalah adalah ketika malam sudah tiba. Saat itu, ponsel penulis adalah ponsel jadul yang hanya memiliki ringtone sederhana dan tidak bisa dijadikan hiburan. Penulis pernah memiliki sebuah gadget atau device yang saat itu dikenal dengan nama mp3 player. Namun umurnya tidak bertahan lama. Sudah musnah tidak berbekas. Akhirnya, dengan hasil jerih payah selama satu bulan, gaji pertama berganti dengan sebuah ponsel (merek dari China) yang bisa memutar mp3. Wah, senang sekali rasanya. Ponsel ini bisa mengobati kesepian di mes. Ponsel juga bisa menangkap sinyal radio jadi penulis bisa meng-update berita dan mengikuti acara musik yang sedang booming. Saat itu, lagu-lagu dari Asia (baca: Korea) sedang naik daun sehingga lagu lagu itu memiliki slot acara sendiri.



Setelah penulis kembali ke wilayah yang memiliki peradaban, hiburan kembali diperoleh dari PC atau laptop. Namun saat ini, mendengarkan musik atau mp3 sudah tidak lagi menghibur karena kesibukan yang tidak bisa dihindari. Penulis hanya menyayangkan acara musik yang ada di TV akhir-akhir ini. Biasanya, acara musik itu menampilkan 10 lagu (video klip) dalam satu jam (satu durasi program). Saat ini, acara musik menambahkan jam tayang menjadi 2 jam namun acara itu di dominasi dengan lawakan atau komedi yang tidak jelas. Biasanya berupa ejekan-ejekan (yang membawa bentuk fisik/tubuh lawan bicara) yang mengundang gelak tawa penonton. Seopertinya hal itu tidak akan membuat yang di ejek sakit hati. Mengapa demikian? Karena dia dibayar pada acara itu. Hanya saja, ejekan-ejekan yang diangkat tidak patut ditayangkan di negeri yang (katanya) ramah dan sopan ini, apalagi jika sampai dicontoh kalangan anak muda yang katanya sedang mencari jati diri.


Banyak cara orang mendengarkan mp3. Bisa dari mp3 player, ipad, ponsel dan lain-lain. Sayangnya, cara yang mereka gunakan (mungkin) tidak terlalu bersahabat dengan telinga, seperti memakai headset. Aneh juga jika penulis amati. Sepertinya, di manapun mereka berada, headset itu selalu menempel di telinga mereka. Bisa di dalam perjalanan (rumah-kantor dan sebaliknya), bisa saat sedang bekerja sehingga rekannya akan kesulitan jika memanggil, bisa juga pada waktu jalan-jalan di mall, lapangan (Murdjani) dan bisa juga saat di toilet. Ada lagi? Silahkan ditambahkan sendiri. Baiklah, akhir kata, perkembangan teknologi (pasti) akan mengubah cara kerja dan pola kehidupan manusia. Setiap perkembangan memiliki sisi positif dan sisi negatif. Kedua sisi itu tidak akan pernah terpisahkan hingga masanya tiba. Terima kasih telah membaca tulisan yang singkat ini. Domo arigatou.


Zet.@, Senin, 15 Juli 2013, saat mentari mulai bersinar dan disambung pada siang harinya. 

sumber gambar logo lagu

gambar tengah dan bawah di ambil dari serial Gokaiger

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...