Friday, June 16, 2017

Malu Bertanya Belum Tentu Tersesat


Malu Bertanya, Sesat Di Bandara

Berada di bandara internasional bisa membuato rang yang biasa hidup di ujung pelosok dunia kebingungan. Apalagi jika sendirian, jomblo lagi. Ah, syukurnya saya ada teman. Jadi jika tersesat, tidak kesepian seorang diri. Setelah turun dari pesawat, kita segera menuju pintu keluar. Ada dua pilihan untuk menuju ke hotel. Dengan bus atau menggunakan taksi bandara. Karena berdua, kami memilih naik taksi saja.


Ya. Kebiasaan di kampung. Kami berdiri di pinggir jalan sambil berharap ada taksi kosong yang bisa kami tumpangi. Ternyata selalu penuh. Lagi pula, ada petugas yang memungut semacam tiket para penumpang  yang mendapatkan taksi. Seingatku, di Bandara Jogja, ada konter taksi di bandara. Langsung bayar di konter sehingga penumpang tinggal rehat di dalam taksi. Sepertinya sistem di Bandara Cengkareng berbeda dengan Bandara Jogja. Kita sebenarnya bisa saja bertanya agar dapat bertindak dengan benar. Namun kemaluan kita cukup besar sehingga kami mengurungkan niat untuk bertanya.

Ada cara lain untuk mengetahui cara kerja sebuah sistem. Kami memperhatikan orang-orang yang baru keluar dari pintu keluar bandara. Ternyata di dekat TKP ada mesin nomor antrian taksi. Ada dua macam taksi, taksi bandara dan manuk biru. Kami segera menuju ke konter otomatis tiket taksi. Ada petugasnya juga ternyata. Bahkan beliau yang bertanya, kita perlu taksi yang mana. Wah, luar biasa. Setelah mendapat tiket antrian, kami duduk di kursi tunggu sembari memperhatikan keadaan sekitar. Siapa tahu ada si komo lewat.

Ada bapak-bapak yang mendekati petugas pengumpul karcis antrian, bukan penjaga mesin karcis, dan memesan satu taksi. Petugas itu segera mengarahkan bapak tua tadi ke mesin antrian. @ku tersenyum kecut melihat kejadian itu. Ternyata ada beberapa orang yang senasib dengan kami. Namun karena terburu-buru, beliau tidak sempat mempelajari lingkungan sekitar dan langsung bertindak dengan penuh keberanian, serta sedikit kenekatan.

Dalam hidup, kadang bertindak berani harus dilakukan meskipun memiliki resiko. Takut akan resiko bisa berakibat fatal, yaitu kita akan terus berada di zona nyaman, status quo. Dalam hidup, maksudnya tokoh film, ada tiga jenis orang. Bertindak tanpa berpikir dahulu, berpikir sebelum bertindak dan terus berpikir hingga tidak sempat bertindak.

Zet.@ Rider 210505062017

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...