Monday, January 22, 2018

Cerita Puisi


Secarik Puisi

Bagi sebagian orang, mayoritas, menulis puisi bukanlah perkara yang mudah. Itu lebih rumit dari matematika. Mungkin karena mengandalkan otak kanan sebagai motornya. Beberapa hari yang lalu, @ku meminjam buku Antologi Puisi Tanah laut 2016. Setelah membacanya secara cepat, fast reading, ada beberapa puisi yang menurutku pribadi bukan puisi karena tidak ada kiasan sama sekali. Entahlah. Mungkin itu puisi aliran baru yang tidak aku ketahui. Kita tidak bisa memaksakan paham puisi kita dengan puisi orang lain. Yang jelas, tulisan itu ada dalam buku antologi puisi. Artinya tulisan itu sudah disetujui atau memperoleh approval dari panitia atau kurator yang tentu saja sudah kompeten dalam hal ini.


Aruh sastra kembali digelar. Aruh sastra 2017. Kali ini berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan Kota Kandangan sebagai ibukotanya. Tentu saja aku tertarik tergelitik untuk ikut serta mengirimkan puisi. Membuat puisi lebih sederhana dari pada membuat cerita pendek atau novel namun terkadang terasa lebih rumit dari pada cerpen. Orang membuat puisi untuk menyamarkan tujuan sebenarnya. Karena itulah dibuat dalam bentuk puisi. Dengan mengunakan bahasa yang frontal, seseorang bisa terjerat undang-undang ITE, mungkin. Menulis puisi memang lebih mudah dari pada membuat puisi. Menulis kan Cuma menyalin. Jangan terlalu serius membacanya Bro. Kita tidak perlu menunggu datangnya ilham untuk membuat puisi. Kata anak sekarang mood. Kalau mengikuti mood, orang–orang besar tidak akan pernah menjadi besar. Besar di sini kiasan, bukan ukuran tubuhnya yang besar. Mereka mengasah mood mereka setiap hari setiap waktu tanpa kenal kata menyerah.

Apa yang mereka lihat bisa menjadi inspirasi. Hanya tinggal mengolah kata-katanya saja. Suatu kali, @ku pernah menulis puisi, tanpa kiasan sama sekali sehingga orang biasa, bahkan awam, pasti tahu sindiran yang ada dalam puisi itu. Namun, sebelum puisi itu dirilis untuk umum, @ku mengubah poin poin puisi menjadi kiasan tertentu sehingga tidak semua orang bisa langsung menangkap maksud puisi itu.

Sebenarnya, aku juga ingin menulis cerpen untuk aruh sastra kali ini namun cerpen perlu sistematika yang tidak sederhana. Bisa jadi, suatu cerpen bagus menurut penulis namun tidak bagi panitia. @ku masih perlu banyak belajar untuk membuat cerpen. Tapi itu tidak berarti @ku tidak perlu belajar tentang puisi.

Banyak hal yang ingin aku kritisi. Lingkungan memberikan banyak inspirasi namun sayangnya, jika @ku menulisnya secara frontal dan vulgar, akan banyak pihak yang terluka hatinya. Biarlah rasa ini terselubung dalam puisi. Sederhana. Mudah-mudahan orang-orang yang dituju bisa merasakan apa yang ingin disampaikan.

Menulis puisi, biasanya lebih gampang jika bercerita tentang diri sendiri. Mirip lagu-lagu abad pertengahan. Menurut @ku, yang keren saat ini sangat jarang menggunakan bahasa kiasan sebagian besar menggunakan bahasa sederhana yang langsung bisa ditangkap maknanya. Hal itu tidak buruk dan bukan hal yang jelek juga. Nanti akan @ku googlekan contohnya. Sekarang masih berada pada situasi tanpa sinyal ponsel. Baiklah. Mungkin cukup sampai di sini ceritaku tentang pengalaman dalam membuat puisi. Sebagai tambahan. Mungkin membuat puisi itu tugas terberat dalam pelajaran Bahsa Indonesia yang selalu dirasakan anak-anak Indonesia sehingga banyak yang menjiplak karya dari internet.

Dari ketinggian beberapa ribu meter di atas Laut Jawa

Garuda Indonesia, WITA 083022052017

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...