Tuesday, May 21, 2013

My Encoding Experiences 01




LOADING.......ENCODER

Ok, reader! We meet again in this lovely blog. I will tell you about my experiences in converting jobs. Few years ago, I don’t know about converting stuff. Only…its so hard to tell it in English. So, I need to transform my writing. HENSHIN!!!

Oke. Kali ini @ku akan menceritakan asal muasal diri @ku bisa terjerumus pada apa yang disebut sebagai konversi video. Pada 2 tahun terakhir ini, harga HDD sedang melonjak dengan dahsyatnya. Semua kalangan menganggap banjir yang melanda negeri gajah putih sebagai kambing hitamnya, the black goat!! But, menyalahkan the black goat tidak akan menyelesaikan masalah. Sebenarnya, masalah kenaikan ini tidak menjadi masalah bagi kalangan yang memiliki dompet tebal (its contains money, not just thick wallet). Tapi itu bisa menjadi masalah bagi kalangan downloader and collector yang tidak diimbangi kemampuan menyiapkan storage dengan kapasitas besar.

Ternyata, para uploder juga mengerti situasi dan kondisi yang menyedihkan ini. Mereka mulai mengupload file-file yang memiliki embel-embel pahe (paket hemat). Paket hemat adalah adalah file dengan kualitas SD (standart definition) yang memiliki size lebih kecil dari size file SD pada umumnya. File pahe saat ini lebih dikenal dengan istilah miniHD. HD (high definition) adalah file dengan kualitas dan size yang jauh lebih besar dari file StanDart. MiniHD biasanya memiliki ekstensi mp4 atau MKV (matroska).

Sejak munculnya miniHD, @ku menjadikannya sebagai target utama download sehingga bisa meminimalisir penggunaan space HDD. Namun, sedikit demi sedikit, file miniHD yang menumpuk juga akan memangsa space HDD yang memang sudah terbatas. @ku perlu memutar otak untuk mengatasi masalah ini. Setelah memutar otak selama 360o pada sumbu x, y dan z, @ku memutuskan untuk mempelajari apa itu konversi video. 

@ku sudah jadi collector sejak masa kuliah dahulu (kala). Saat itu, file yang @ku sikat dari teman-teman seperjuangan adalah file-file dengan kulitas standard. Meski saat ini ada situs yang menyediakan file miniHD, mendownload ulang adalah pilihan yang sulit. Misalnya saja dorama GTO yang standar, masing-masing episode sizenya berkisar kurang lebih 500 MB. Situs miniHD menyediakan file GTO ini dengan size kurang dari 200 MB. Jika @ku bisa membebaskan 300 MB x 10 episode = 3000 MB (3 gigabyte), itu bisa menampung 4 serial miniHD yang masing masing memiliki 12 episode. Lumayan banget kan? Awalnya, ada pilihan mendownload ulang serial yang sudah ada (dimiliki) dan menggantinya dengan video miniHD. Namun, waktu sangat berharga untuk melakukan itu. Akhirnya, dimulailah pencarian program konversi video di dunia maya.

Jika konversi lagu saja, @ku sudah sering melakukannya. Terutama dari ekstensi mp3 ke ekstensi wav. Jenis ini biasanya digunakan untuk mengganti suara-suara default pada OS windows. Dan yang jadi programnya adalah xilisoft. Program ini tidak begitu mantap untuk konversi video (according to my experience). Selain itu, program ini sering meminta nomor seri meski sudah mengalami crack. Akhirnya @ku bertemu dengan program yang bernama media coder. @ku sempat memakai program ini untuk beberapa waktu. Awalnya @ku merasa sangat cocok dengan program ini. Ternyata, program ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam konversi. Parahnya lagi, program ini tidak cukup sukses dalam konversi anime padahal file @ku didominasi kalangan anime.

Media coder sempat mengalami masa jayanya bersamaku saat melakukan encoding film-film dari barat seperti the note book, city of ember dan kawan-kawannya. Namun file yang @ku encoding terbatas. Hanya dari benua avi ke benua matroska. Secara pribadi, @ku lebih menyukai matroska daripada mp4. Sambil encoding file-file itu, @ku mencari encoder untuk file jenis anime. Muncullah bencos. Dari kabar di forum, bencos ini cukup handal dan keren. Namun entah mengapa, @ku tidak berhasil menggunakannya. Tidak pernah sekalipun berhasil encode dengan program bencos ini.

Akhirnya @ku berkenalan dengan program yang bernama avidemux. Hal ini terjadi setelah googling selama berhari-hari dan berjam-jam. Ini link situsnya:
@ku mulai mempelajari tahapan encodingnya satu-persatu. Tentu saja, @ku langsung download programnya. Kebetulan, sebenarnya bukan kebetulan, itu sudah ditakdirkan, @ku download avidemux 2.5.6. @ku mulai coba encoding dengan setting dari situs itu serta mencoba setting sendiri. Film yang jadi korban adalah film-film hidup (tokohnya manusia). Akhirnya aku menemukan setting yang @ku anggap paling pas dengan hasil yang aku inginkan.


Setelah berekperimen pada film hidup, @ku mulai berexperimen pada anime yang menjadi kalangan mayoritas dalam HDD @ku. Seingatku, korban pertamanya adalah anime baby UFO. Dengan size video yang awalnya 175 MB, bisa menyusut dengan ukuran 70 MB. Lumayan juga 100 MB jika filenya ada 30 episode. Pemotongan video pada bagian opening dan ending (yang selalu sama) juga bisa mengurangi size video sebesar 10 MB. Pengurangan bitrate audio juga bisa mengurangi size hasil meski tidak terlalu besar. Pemotongan pada bagian OP dan ED hanya bisa dilakukan pada anime jadul karena OP selalu berada di depan. Pemotongan bagian ED akan berakibat hilangnya bagian ”jikai” atau next episode. Namun itu bukan masalah buat @ku. Babat saja jikainya karena tidak terlalu penting.

Akhirnya, satu demi satu anime dari benua avi berpindah ke benua matroska. Sampailah pada anime gundam wing yang berasal dari benua ogg. Avidemux selalu gagal melakukan load karena terjadi crash. Hal ini juga terjadi pada anime yang berasal dari benua mp4. Crash and crash. Akhirnya, dengan berat hati, khusus gundam wing, @ku mendowload ulang semuanya. Ada 50 episode yang harus di download ulang. Hal itu dilakukan karena file ogg memiliki size yang lebih besar dari file SD meski kualitasnya sama. Saat itu, @ku memutuskan hanya akan melakukan encode pada anime non mecha. Anime dengan nama gundam, full metal panic, aquarion cs tidak akan ter-encode demi menjaga kualitas mechanya.

Saat itu @ku masih belum bisa encode anime dari benua matroska. Jadi, fokus ke anime dari benua avi, terutama one piece yang telah memasuki episode 400an. Saat itu, episode awal sampai arc water seven masih menggunakan file yang SD, bahkan ada yang HD. Itu hasil rampokan dari teman-teman seperjuangan. Setelah arc waterseven, file one piece mulai berbhineka tunggal ika. Ada avi, ada mp4, ada rmvb, serta mkv. Sepertinya encoder sedang mencari karakter benua yang cocok. Saat itu yang sedang naik daun adalah rmvb. Setelah itu mp4. Dan saat ini yang @ku tau, mkv memegang pasaran ekstensi file.

(Zet.@, Selasa, 21 May 2013, before midnight)

Bersambung....To be continued..... suzuku.... Part 02


NB: Sebenarnya Artikel bg 01 ini Menjadi satu dengan Artikel bg 02. Namun karena Postnya menjadi terlalu panjang, Satu artikel ini menjadi 2 post. thanks.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...