Monday, February 9, 2015

Hikayat Baratha Yudha


Hikayat Baratha Yudha

Saat terjadi suatu peristiwa, kita harus mencernanya dengan baik, dengan kepala dingin dan tanpa emosi. Agar tercerna dengan baik, perbanyaklah yang berserat. Es batu juga bisa membantu agar kepala dingin. Misalnya terjadi peristiwa tergenangnya sebuah kawasan meskipun tidak ada riwayat genangan dalam 100 tahun terakhir. Hipotesa kali pertama yang pasti muncul adalah adanya penurunan muka tanah. Untuk membuktikan hipotesa itu, maka diperlukan sebuah pembuktian. Sebuah alat bernama ultra sondirografi diperlukan untuk melakukan testisasi terhadap kawasan itu. Hasil yang didapatkan akan bisa membuktikan kebenaran hipotesa awal. Sebagai catatan, alat yang digunakan, super ultra sondirografi itu harus lulus tes verivikasi, lulus tes sertifikasi dan lulus radiasi agar hasil ukurnya tidak diragukan lagi validitasnya.


Nah, hasil tes sudah rilis. Ternyata hasilnya negatif. Itu berarti hipotesa awal tidak terbukti. Tidak ada proses penurunan muka tanah dalam 1 abad terakhir di kawasan itu. Kemungkinan kedua yang perlu diteliti adalah peningkatan muka air. Untuk membuktikannya, alat super sondirografi ultimate tidak diperlukan. Yang diperlukan hanya survei lingkungan sekitar. Ternyata benar. Terjadi peningkatan muka air tanah yang sering disebut sebagai banjir. Sejatinya itu bukanlah banjir, melainkan peristiwa di mana air mengambil kembali haknya meskipun secara paksa.

Begini riwayatnya. Pada zaman dahulu, semua negara hidup dengan damai hingga datangnya bangsa manusia. Mereka melakukan reklamasi (pilihan kata bijak untuk ”merebut”) daerah rerawa yang sejatinya merupakan tempat tinggal bangsa Hadu-AO. Bangsa Hadu-AO, memiliki kebiasaan melakukan migrasi ke langit saat musim kering. Mereka mencari wilayah yang lebih dingin dan berubah wujud menjadi Cumolonimbus.

Saat musim hujan, mereka selalu kembali ke habitat aslinya. Seperti kata pepatah, setinggi-tingginya pesawat terbang, pasti akan kembali ke landasan juga. Bangsa Hadu-AO tentu saja kaget dan terkejut setengah hidup. Ternyata tempat tinggal mereka sudah dijarah bangsa manusia. Wilayah mereka menjadi hutan beton yang menjulang ke langit. Akhirnya tidak ada pilihan lain. Bangsa Hadu-AO melakukan reklamasi (penggunaan yang benar) kawasan yang memang milik mereka. Namun kekuatan bangsa manusia semakin besar. Bangsa Hadu-AO tidak bisa melawan dengan pasukan mereka saat ini. Mereka akhirnya mengirimkan sinyal S.O.S pada Bangsa Hadu-AO legendaris yang tinggal di dua kutub bumi. Sinyal sudah diterima. Pengiriman pasukan sudah dimulai sejak beberapa dekade terakhir. Bangsa Hadu-AO legendaris yang berbentuk eternal snow harus mengorbankan wujud indahnya demi rekan-rekannya yang tertindas di wilayah equator.

Sejarah pernah mencatat kemenangan bangsa Hadu-AO pada masa Noah. Hanya segelintir manusia yang selamat, yaitu yang ikut di kapal Noah dan segelintir Bangsa Atlantis yang terbang keluar angkasa dengan kendaraan yang bernama Unidentified Flying Object. Kini, bangsa Hadu-AO kembali mempersiapkan armadanya untuk menyerang bangsa manusia yang sudah merebut wilayah kekuasaan mereka secara semena mena-mena. Peperangan ini sudah dipastikan akan dimenangkan oleh bangsa Hadu-AO kerana itu sudah tertulis dalam Kitab Langit.



Zet. Senin, 09 Feb 2015 pukul 09.35

Sumber Gambar

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...