Sunday, August 17, 2014

HIKAYAT AHLI HISAP


HIKAYAT AHLI HISAP

Aku berjalan menjauhi kerumunan, menjauh menuju sebuah pohon kamboja yang cukup rindang. Perlahan, aku duduk sambil bersandar di pohon itu. Aku merogoh ke dalam saku bajuku. Satu kotak rokok ada di sana. Aku mengambil dan membukanya. Ada beberapa batang yang tersisa. Sebuah pemantik sudah siap di tangan kananku. Ketika pemantik itu menyala, aku memandangi rokok yang kupegang dengan seksama. Tiba-tiba kenanganku tentang rokok muncul dan tergambar dengan jelas.


Aku mengenal rokok sejak kelas 5 Sekolah Dasar. Ayahku adalah perokok berat. Asap rokok sudah menjadi sahabatku sejak kecil. Saat kelas 5 itulah aku mulai belajar menghisap rokok. Sebagian teman sekelas juga perokok. Kata mereka, lelaki baru bisa dikatakan sebagai lelaki sejati jika dia merokok. Aku percaya saja dengan mereka. Apalagi, saat melihat iklan rokok di televisi. Para perokok itu terlihat begitu keren dan elegan. Niatku menjadi perokok sejati semakin bulat. Ayahku yang sudah tua juga masih segar bugar. Sepertinya peringatan di bungkus rokok itu hanya omong kosong belaka.

Saat berada di Sekolah Menengah Tingkat Pertama, dosis rokokku semakin bertambah. Aku harus menyisihkan uang jajanku untuk membeli rokok. Meskipun rokok itu tidak mengenyangkan, aku terus saja menghisapnya. Ada kepuasan tersendiri saat melakukannya.

Masa sekolah menengah atas sedikit sulit kerana sudah ada peraturan daerah agar tidak merokok di kawasan pendidikan. Aku harus sembunyi-sembunyi saat melakukannya. Toh, ada juga guru yang merokok. Bahkan ada guru olah raga dan kesehatan jasmani yang merokok, meskipun tidak secara terang-terangan. Guru kesehatan saja tidak bisa menjaga jasmaninya dengan baik, bagaimana beliau akan menjaga belahan jiwanya kelak?

Saat kuliah, aku harus bekerja keras. Orang tua sudah tidak bisa lagi memberikan biaya. Selain untuk kuliah, aku harus membiayai hobi merokokku yang semakin berat. Bisa dibilang, aku bagaikan kereta apai yang terus berjalan kerana tidak ada jeda yang berarti antara rokok yang satu dengan rokok yang lainnya. Aku tidak lagi peduli di mana aku merokok. Entah di angkutan umum atau lingkungan rumah sakit. Mungkin mereka berpikir jika gelar sarjana yang kusandang hanya hiasan kerana akademis sejati tidak akan mau memasukkan racun ke dalam tubuhnya secara berkesinambungan.
Fatwa pemuka agama yang menyatakan bahwasanya rokok itu haram juga aku abaikan. Aku masih berpegang teguh pada pendirian bahwa rokok itu hanya makruh. Bungkus rokok yang dihiasi gambar-gambar mengerikan, seram dan menjijikkan tidak membuatku gentar. Aku tidak mundur sedikitpun. Aku hanya mencari rokok dengan bungkus yang tidak terlalu mengerikan.

Setelah bekerja selama dua tahun, akhirnya aku menikah. Istriku sebenarnya tidak suka dengan hobiku. Namun karena kegantenganku hampir menandingi Justin Bieber, hatinya luluh lantak juga, pada akhirnya. Lagi pula, dia berasal dari keluarga perokok sehingga bisa memberikan toleransi padaku. Setelah satu tahun pernikahan, aku dikaruniai seorang anak yang imut dan lucu. Namanya adalah Novaroze.

Aku sangat menyayangi puteriku. Aku selalu menggendongnya setelah pulang kerja. Dia adalah pemberi semangat baru untuk hari-hariku. Kebahagiaanku tiba-tiba hancur berkeping-keping saat puteriku didiagnosa menderita penyakit paru-paru. Akhirnya Tuhan memanggil puteriku sebelum genap berusia satu tahun. Aku menangis sejadi-jadinya. Ternyata Tuhan menghukum diriku melalui puteriku. Dokter menjelaskan jika puteriku menghisap residu rokok yang ada di pakaian, jaket dan lingkungan rumah. Meskipun tidak ada yang merokok, residu rokok akan selalu bersemayam dan menumpuk di tempat-tempat yang biasa digunakan untuk merokok.

Lamunanku dikejutkan suara dering ponsel di saku bajuku. Itu dari dokter yang pernah aku kunjungi beberapa waktu yang lalu. Dia memberikan kabar yang membuatku tidak bisa berkata-kata lagi. Dia berkata bahwasanya aku tidak akan lagi bisa memiliki keturunan. Tidak terasa air mata mengalir dari sudut mataku. Penyesalan itu memang selalu datang terlambat.


Pelaihari, 28-29/11/2014

Sumber Gambar

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...