MENTAL MISKIN
Ini adalah cerita yang lumayan lama namun sepertinya akan terus
berulang. Setiap tahun, kabupaten ini mengadakan semacam expo atau festival
untuk memperingati hari berdirinya kabupaten. Salah satu agenda yang dilakukan
adalah menyediakan makanan atau kue khas daerah. Semua stand milik dinas pemerintah
daerah dan swasta menyediakan berbagai macam kue khas banjar dan sekitarnya. Jadi
ada kemungkinan muncul kue yang langka dan tidak pernah muncul selama ribuan
tahun.
Bisa dikatakan jika saat pembukaan peringatan adalah pesta rakyat karena
masyarakat bisa merasakan atau mencicipi kue (bahasa lokalnya Wadai) tradisonal
khas setempat. Nah, disinilah letak kejadian anomali yang kurang tepat. Banyak emak-emak
(oknum) yang berpakaian instansi yang ikut berebut makanan atau wadai
tradisional ini. Karena terlalu semangat saat berebut wadai, salah satu meja wadai
sampai roboh. Saya yakin dan percaya jika oknum tersebut mampu dan cukup kaya
untuk membeli wadai tersebut karena tidak ada wadai langka yang hanya muncul
setahun sekali. Beda cerita saat Bulan Ramadhan. Memang ada wadai yang hanya
muncul saat bulan suci ini.
Jadi, kenapa mereka harus berebut wadai di acara tersebut? Ada beberapa
kemungkinan. Kemungkinan pertama, mereka memang mampu beli dan sebenarnya tidak
perlu memperebutkan wadai yang jumlahnya tidak seberapa. Mereka mungkin
mengincar momen untuk berkompetisi. Memang suka berebut untuk menguji adrenalin.
Kita memang tidak bisa men-judge jiwa dan mental mereka seperti apa. Yang
jelas terlihat secara lahir dan jasmani itu seperti orang yang berebut sembako
dan bansos. Yang membuat miris itu mereka menggunakan seragam instansi. Seharusnya
mereka menggunakan model pakaian yang robek robek seperti gelandangan, bahkan
tuna wisma sendiri tidak ada yang berbut makanan seperti itu.
Kemungkinan kedua ya mental miskin. Meskipun tidak bisa dilihat di dalam
hatinya, tindakan secara lahir adalah tindakan yang menjadi penilaian manusia. Seperti
orang yang akan dihukum mati lalu mengucapkan syahadat. Kita tidak tahu apakah
dia suka rela atau terpaksa agar tetap hidup. Namun kita diminta menilai secara
lahir saja jadi kita seharusnya meng-cancel hukuman mati padanya.
Orang yang bermental kaya tidak akan pernah ikut berebut makanan atau
sembako atau bansos karena mereka tidak ingin mengambil hak yang bukan hak
mereka. Pasti ada kalangan tidak mampu yang memerlukan meskipun mereka tidak
terang terangan meminta bantuan. Bahkan ada kalangan tidak mampu yang masih
punya harga diri sehingga tidak meminta pada orang lain.
Mechadot, 171804052025.
No comments:
Post a Comment