Monday, September 8, 2014

Dirgahayu Hari Lahir


Hura-Hura Berjamaah


Pada suatu hari, tepatnya hari Minggu, 07 Sept 2014 pukul 18.15 WITA, @ku melihat sesuatu yang [tidak] biasa. Saat itu @ku sedang dalam tugas sebagai kurir panci. @ku sedang menunggu pelanggan untuk melakukan transaksi. Lokasinya di sebuah taman, RTH Kota Banjarbaru. Sekelompok anak remaja, yang saat ini dikenal dengan istilah cabe-cabean dan terong-terongan, berkumpul. Ada beberapa cabe dan terong. Mereka berpakaian khas remaja, celana pensil dan aksesorisnya. Tiba-tiba, salah satu cabe mendapat hadiah berupa lemparan telur ayam, tepat di atas kepalanya. Yang lain otomatis menghindar agar tidak terjadi serangan balasan. Serangan kedua berupa tembakan tepung dengan merk ***. Ada cabe laen yang terkena imbasnya. Beberapa terong menyiapkan tali dan menangkap cabe yang menjadi star hari itu. Sepertinya cabe star itu akan diikat dan dibully sejadi-jadinya. Anehnya, cabe nahas itu pasrah saja. Cerita selanjutnya tidak diketahui kerana @ku segera angkat kaki dari lokalisasi itu.

Anda pasti bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Belum bisa? Ah, payah sekali. Anda pasti hidup dihutan jika tidak pernah melihatnya. Itu adalah ritual yang biasa dikerjakan saat ada yang mengalami ulang tahun, eh dirgahayu hari lahir. Apakah ritual semacam itu perlu dilaksanakan? Terlepas dari boleh tidaknya dirgahayu itu diadakan, yang jelas, ritual semacam itu menjadikan bahan makanan mubazir, terbuang percuma. Tengok saja, jika cabe itu berupa pisang, setelah ditambah telur kocok dan tepung, dia bisa jadi pisang goreng yang laku dijual. Sayangnya dia hanya seorang cabe. Telur dan tepung yang melumuri tubuhnya hanya akan jadi kotoran saat dia mandi nantinya. Daripada mubazir, lebih baik digunakan untuk hal yang bermanfaatkan? Beda ceritanya jika telur yang digunakan sudah busuk dan tepungnya sudah kadaluarsa 5 tahun yang lalu. Tapi, apakah yang bernama ”sahabat” akan tega melakukannya?

@ku pernah mengalami kejadian yang hampir mirip. Di kampus itu, ada tradisi kuno yang berbunyi, barang siapa yang mengalami dirgahayu hari kelahiran, akan diceburkan ke kolam rektorat. Oh, itu awalnya hanya sekedar tontonan bagiku yang melihat para korban diceburkan dalam kolam. Ternyata tradisi itu akan menimpaku. Saat dirgahayu itu, beberapa rekan menangkapku. Tentu saja aku memberontak sekuatnya. Mana mau aku diceburkan ke kolam yang tidak pernah ganti airnya itu. Baju kuliahku satu-satunya bisa ternoda jika sampai berkenalan dengan air kolam itu. Note: @ku hanya memiliki dua baju untuk kuliah, yang biru dan abu-abu itu. Akhirnya, setelah perjuangan yang begitu membabi buta, aku berhasil lolos dari tradisi yang mengerikan itu. Bagi sebagian orang, tradisi itu merupakan simbolisasi keakraban. Tapi bagiku, itu adalah bullying berkedok kegembiraan. Maaf buat rekan-rekanku saat itu kerana aku tidak bisa memenuhi keinginan kalian. Salam peace!!


Zet.@ rider, 8 sept 2014 pukul 22.00 WITA on the lonely office

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...