Monday, September 1, 2014

K-13 momok bagi Guru?


Hanya Perlu Pembiasaan


Kurikulum 2013 menjadi perbincangan hangat dikalangan pendidik. K-13 diisukan menjadi momok bagi para guru. Namun itu semua hanya masalah sudut pandang. K-13 tidak sepatutnya dijadikan momok melainkan tantangan bagi para guru untuk membentuk generasi yang lebih baik. K-13 menuntut agar penilaian murid tidak lagi berdasarkan nilai yang absolut melainkan berdasarkan kepribadian masing-masing murid. Jika K-13 berhasil dijalankan, maka generasi penerus bangsa akan memiliki masa depan yang cerah. Saat ini, penilaian berdasarkan nilai ujian tanpa menghiraukan perilaku dan moral pemiliknya. Hasilnya? Pelaku kejahatan kerah putih bukanlah orang-orang yang tidak terdidik. Mereka menjalani pendidikan wajib 12 tahun, ditambah jenjang Strata satu, bahkan ada pelaku yang berpredikat Strata tiga.

K-13 menjadi momok hanya karena belum terbiasa saja. Itu hanya efek samping penerapan sebuah sistem yang baru. Dan kemungkinan itu hanya sementara. Jika K-13 sudah mulai dijalani, maka akan terbiasa dan jika sudah biasa, maka K-13 bisa sangat menyenangkan. Guru yang professional dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan K-13 mengingat K-13 sudah diujicobakan terlebih dahulu. Jadi, penerapan K-13 tidak muncul secara mendadak tanpa melalui proses pematangan yang bertubi-tubi. Guru yang tidak bisa menyesuaikan diri tentu saja akan merasakan kesulitan kerana sudah terbiasa dengan status quo yang membuat terlena.

Jadi, mari dukung penerapan K-13 dengan membiasakan diri menjalankannya. Hal ini demi meningkatnya kualitas pendidikan, baik pendidikan otak, pendidikan emosi, pendidikan moral dan yang tidak kalah penting adalah pendidikan agama. Semoga dengan penerapan K-13, tidak ada lagi ironi dalam dunia pendidikan.

Mechadot, 19 Agustus 2014



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...