Dairy Hari Ini
Hari ini, Minggu tertanggal 30 Juni 2013. Besok tanggal 1, tanggal yang ditunggu semua orang. Ya, semua orang tau itu. Bersyukurlah bagi orang-orang yang besok sudah (pasti akan) menerima pembayaran hasil jerih payahnya selama satu bulan. Oke, bukan itu yang akan dibahas, namun ada hubungannya. :)
Melihat
tanggal sudah tua, istilah anak muda sekarang, @ku segera bergegas menuju ke
lumbung padi (sebenarnya, beras) milikku. @ku memeriksanya dengan seksama. Hmm,
masih cukup untuk dua kali masak. Setelah itu, @kupun membuka tab dan memeriksa
jadwal undangan. Oh, ada satu undangan. Lumayan lah, buat makan siang. Seandainya
ada 3 undangan dalam satu hari, maka @ku bisa makan gratis 3 kali sehari di
tempat yang berbeda dan dengan menu yang berbeda.
@ku
memutuskan untuk menjadikan pecel sebagai menu sarapan hari ini. @ku segera
menuju ke pasar tradisional setelah matahari terbit. @ku berpikir, lebih pagi
akan lebih bagus. Mengapa demikian? Seminggu sebelumnya, @ku juga menjadikan pecel
itu sebagai menu sarapan. Ternyata, banyak sekali orang yang antri. Bisa dibilang,
pecel di pasar tradisional itu sangat laris. Akhirnya @ku tiba di depan ibu tua
yang menjual pecel. Di sebelahnya ada seorang laki-laki (mungkin anaknya) yang
tugasnya hanya memberikan karet untuk mengikat bungkusan nasi dan menerima
pembayaran. Antrian ada di dua lokasi. Di depan penjual dan di belakang
penjual. Di belakang ada 3 orang. Di depan ada 3 termasuk @ku. Kalau @ku
menghitung dengan benar, maka gilirannya, paling tidak, @ku mendapat nomor urut
6. Ternyata, semuanya di luar dugaan. Orang-orang yang ada di belakang itu,
memesan nasi bungkus masing-masing sepuluh bungkus. Ketika giliran antrian di
depan, tiba-tiba ada seseorang yang muncul dan ingin mengambil pesanannya. Dia sudah
pesan sejak awal namun nasi bungkusnya belum genap jumlahnya. Jadi, ibu penjual
pecel harus membungkuskan dia dulu sejumlah 10 bungkus sehingga jumlahnya genap
20 bungkus. @ku jadi bete dan sebal. Membungkus nasi 20 bungkus pagi-pagi buat
apa sih?
@ku
jadi teringat kenangan saat menjadi anak kos dulu. Nasib antrian di warung memang
tidak bisa di duga. Antrian di bank atau ATM masih bisa dikatakan bersahabat. Biasanya,
antrian yang tidak terduga itu terjadi saat bulan puasa. Saat anak-anak kos
sedang malas ke warung, maka cukup satu orang yang di amanatkan untuk membeli
makanan untuk semua anak di kos itu. Misal anak yang ada di kos itu 20 orang
maka....
Saat itu,
2 jam sebelum imsak, warung makanan baru dibuka. @ku bergegas menuju warung itu
secepatnya agar bisa mendapatkan apa yang @ku inginkan. Syukurlah, orang di
depanku cuma ada satu orang. Pelayan warung itu cuma satu, jadi ya begitulah. Saat
petugas warung bertanya pada orang di depanku, ”berapa bungkus mas?”. Orang itu
dengan santainya menjawab, ”20 bungkus!”.. WHAT!!
Capek
deh. @ku yang berdiri pada urutan nomor 2 secara kasat mata, ternyata menjadi
orang pada urutan ke 21. Jadi, ada 19 orang tidak terlihat yang ikut antri di
depanku. Ya, tentu saja tidak terlihat karena mereka antri sambil nonton acara
saur di kos mereka masing-masing. Kesabaran benar-benar di uji dengan baik. kesabaran
akan di uji lagi jika kita menemukan beberapa unit hewan kecil dalam makanan
kita. @ku pernah mengalaminya. Saat itu, @ku sedang berada pada jam kuliah. Jadi,
@ku tidak membungkus makanan seperti biasanya. @ku memesan satu porsi makanan
dengan lauk telur (favorit) dan sayurnya bayam. Ternyata, @ku menemukan sebuah
unit ulat hijau di dalam sayur bayamnya. Oh no.. Untung saja @ku masih tabah
menjalaninya. @ku tetap menyantap makananku seperti tidak terjadi apa-apa. Tentu
saja ulatnya tidak @ku makan. Seandainya mataku tidak bertatap mata dengan ulat
itu, mungkin ulat itu sudah berpindah ke dalam perutku.
Ya,
itu masalalu saja. Kembali ke masa sekarang. Singkat cerita, waktu makan siang
sudah tiba. @ku juga tiba di lokasi dimana resepsi di adakan. Ternyata, menu
yang menjadi incaranku tersedia. Sate, Bakso, urap dan daging.. serbu.....
Singkat cerita, @ku mampir ke sebuah toko baju/pakaian. Ini sepertinya toko
baru (buka) karena @ku tidak pernah melihat toko ini sebelumnya. Saat masuk ke
dalam, ada petugasnya yang menyambut di dekat pintu masuk. Wwah keren sekali. Setelah
beberapa waktu berlalu, @ku mulai merasa risih. Mengapa demikian? Karena pelayan
itu tetap berada pada jarak yang stabil dengan @ku. Kira-kira 150cm. Dia terus
mengawasi gerak-gerikku. Mengawasi sih gak masalah. Masalahnya, tatapannya itu
seolah-olah sedang menatap calon pencuri yang akan beraksi. Karena perasaanku
jadi tidak nyaman, akhirnya @ku meninggalkan toko itu dengan perasaan kecewa. Bukan
karena tidak berhasil menyelundupkan barang melainkan karena @ku tidak bisa
bebas berekspresi. Aneh sekali!! Padahal ada 2 unit CCTV di toko itu. Mengapa harus
menyiapkan petugas yang tugasnya melotot ke arah calon pembeli? Ya, sudahlah. Yang
jelas, @ku tidak akan mampir di toko semacam ini. Selamat MALAM.
Zet.@,
30 Juni 2013, 2 hours before midnight
No comments:
Post a Comment