SO SAD…..A.K.A. MENYEDIHKAN
In this few
weeks, our TV channels, especially on news programs, talking about BBM (Bahan
Bakar Minyak). It’s so crowd. People, especially college make a lot of contra
action to stop the plan of raising the BBM prices. I don’t lay hope on their
action but I also don’t lose hope for them. Maybe it cannot stop the raising
plan but I hope it can delay the plan until unlimited time. The effect of the …
Wait… let go
to the google translate…..
Translating…….
Dalam beberapa minggu ini, berbagai
stasiun televisi diramaikan oleh berita tentang kenaikan harga BBM. Ramai
sekali hingga membuat panasnya suhu udara menjadi semakin menggila. Masyarakat,
terutama yang berpredikat mahasiswa, sibuk melakukan aksi untuk menentang
kenaikan harga BBM. @ku tidak terlalu menaruh harapan pada aksi mereka. Mengapa
demikian? Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah berlalu, aksi itu tidak
akan menyurutkan nyali pemerintah untuk membatalkan rencana besar mereka. Ya,
rencana besar, rencana untuk memperbesar quota yang kemungkinan dijadikan
sasaran tembak para oknum pemerintah.
Meskipun begitu, @ku tidak
kehilangan harapan pada aksi-aksi seperti itu. Paling tidak, aksi mereka itu
bisa menghambat atau menghasilkan penundaan pada kebijakan yang tidak bijak
itu. Ramainya berita rencana kenaikan BBM membuat banyak oknum masyarakat
memanfaatkannya. Mereka menimbun dan menyetok BBM di bunker-bunker untuk dijual
kembali saat harga BBM sudah naik. Bisa kita bayangkan berapa besar keuntungan
yang mereka dapatkan saat kenaikan BBM menjadi kenyataan. Mereka akan
menari-nari bergembira di atas penderitaan rakyat yang tidak cukup mampu
membeli BBM.
Selain oknum masyarakat yang
mengambil keuntungan dari kenaikan BBM, ada juga oknum masyarakat mampu yang
ikut menyantap BBM bersubsidi. Aksi mereka tentunya tidak patut dan tidak
pantas dilakukan. Mereka itu orang yang mampu, punya mobil mewah sebanyak
jumlah anggota keluarga. Motornya juga selengkap mobilnya. Motornya berCC besar
semua. Sudah pasti mampu, kan? Tapi beli BBM kok yang pake subsidi? Mereka
telah merampas hak masyarakat yang tidak mampu, yang hanya punya satu/dua motor
butut untuk sebuah keluarga besar.
Kalau orang-orang berada itu masih
terus membeli premium bersubsidi, maka mereka telah mengingkari jika mereka
adalah orang yang mampu. Tindakan itu bukanlah tindakan berhemat, melainkan
perbuatan zalim yang amat sangat kejam. Dan tindakan itu akan menjadikan mereka
menjadi orang yang susah dalam arti sebenarnya.
Hal itu juga berlaku pada orang
mampu yang mengaku-ngaku tidak mampu agar bisa ikut dalam program kesehatan
gratis atau ikut pembagian sembako dan pembagian raskin. Aneh sekali, kan?
Orang mampu tapi mengaku tidak mampu. @ku yakin, dengan cara itu, mereka tidak
akan semakin kaya melainkan semakin miskin, meski tidak miskin harta, paling
tidak mereka akan mengalami kemiskinan moral karena mereka tidak akan pernah
merasakan menderitanya orang-orang tidak mampu yang telah mereka rampas haknya.
Isu (sebenarnya sudah bukan lagi
isu) kenaikan BBM juga berimbas pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya
pada BBM. Misalnya para nelayan. Kelangkaan BBM jenis solar mengakibatkan mereka
tidak bisa melaut. Mereka akhirnya meliburkan diri dan tentu saja hasil
pendapatan dari usaha sampingan mereka tidak sebesar hasil penangkapan ikan di
laut. Meskipun (sekali lagi) hasil tangkapan ikan mereka juga tidak bisa
disebut memadai. Masyarakat yang berprofesi sebagai tukang ojek juga terkena
imbasnya. Mereka merasakan dilema pada saat seperti ini. Jika mereka menaikkan
harga dan membebankannya pada pengguna jasa ojek, mereka beresiko kehilangan
penumpangnya. Dan jika mereka tidak menaikkannya, maka merekalah yang akan
mengalami kerugian.
Dan yang paling amat kentara adalah
kenaikan harga sembako dan teman-temannya. Saat penulis menulis tulisan ini,
berita yang sedang marak adalah naiknya harga jengkol/petai menjadi Rp.150
ribu/Kilogram. Entah ada hubungannya atau tidak, yang jelas, kenaikan harga BBM
akan memicu kenaikan harga lainnya. Tentu saja, kesempatan ini tidak akan
disia-siakan para oknum pedagang yang akan segera mengubah profesinya dari pedagang
menjadi penimbun.
Perkara BBM memang bukan perkara
yang mudah untuk diselesaikan. Namun @ku yakin, masalah BBM akan segera
berakhir. Kapankah itu? Saat itu akan datang saat tidak ada lagi minyak mentah
untuk dimasak dan saat semua sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui
habis. Tidak akan ada lagi kilang minyak dan teman-temannya. Jadi, apakah ada
cara agar saat itu tiba lebih cepat? Kita tunggu saja saat itu tiba.
No comments:
Post a Comment