Tuesday, June 4, 2013

BBM OH BBM

SO SAD…..A.K.A. MENYEDIHKAN

In this few weeks, our TV channels, especially on news programs, talking about BBM (Bahan Bakar Minyak). It’s so crowd. People, especially college make a lot of contra action to stop the plan of raising the BBM prices. I don’t lay hope on their action but I also don’t lose hope for them. Maybe it cannot stop the raising plan but I hope it can delay the plan until unlimited time. The effect of the …
Wait… let go to the google translate…..

Translating…….



Dalam beberapa minggu ini, berbagai stasiun televisi diramaikan oleh berita tentang kenaikan harga BBM. Ramai sekali hingga membuat panasnya suhu udara menjadi semakin menggila. Masyarakat, terutama yang berpredikat mahasiswa, sibuk melakukan aksi untuk menentang kenaikan harga BBM. @ku tidak terlalu menaruh harapan pada aksi mereka. Mengapa demikian? Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah berlalu, aksi itu tidak akan menyurutkan nyali pemerintah untuk membatalkan rencana besar mereka. Ya, rencana besar, rencana untuk memperbesar quota yang kemungkinan dijadikan sasaran tembak para oknum pemerintah.

Meskipun begitu, @ku tidak kehilangan harapan pada aksi-aksi seperti itu. Paling tidak, aksi mereka itu bisa menghambat atau menghasilkan penundaan pada kebijakan yang tidak bijak itu. Ramainya berita rencana kenaikan BBM membuat banyak oknum masyarakat memanfaatkannya. Mereka menimbun dan menyetok BBM di bunker-bunker untuk dijual kembali saat harga BBM sudah naik. Bisa kita bayangkan berapa besar keuntungan yang mereka dapatkan saat kenaikan BBM menjadi kenyataan. Mereka akan menari-nari bergembira di atas penderitaan rakyat yang tidak cukup mampu membeli BBM.

Selain oknum masyarakat yang mengambil keuntungan dari kenaikan BBM, ada juga oknum masyarakat mampu yang ikut menyantap BBM bersubsidi. Aksi mereka tentunya tidak patut dan tidak pantas dilakukan. Mereka itu orang yang mampu, punya mobil mewah sebanyak jumlah anggota keluarga. Motornya juga selengkap mobilnya. Motornya berCC besar semua. Sudah pasti mampu, kan? Tapi beli BBM kok yang pake subsidi? Mereka telah merampas hak masyarakat yang tidak mampu, yang hanya punya satu/dua motor butut untuk sebuah keluarga besar.

Kalau orang-orang berada itu masih terus membeli premium bersubsidi, maka mereka telah mengingkari jika mereka adalah orang yang mampu. Tindakan itu bukanlah tindakan berhemat, melainkan perbuatan zalim yang amat sangat kejam. Dan tindakan itu akan menjadikan mereka menjadi orang yang susah dalam arti sebenarnya.

Hal itu juga berlaku pada orang mampu yang mengaku-ngaku tidak mampu agar bisa ikut dalam program kesehatan gratis atau ikut pembagian sembako dan pembagian raskin. Aneh sekali, kan? Orang mampu tapi mengaku tidak mampu. @ku yakin, dengan cara itu, mereka tidak akan semakin kaya melainkan semakin miskin, meski tidak miskin harta, paling tidak mereka akan mengalami kemiskinan moral karena mereka tidak akan pernah merasakan menderitanya orang-orang tidak mampu yang telah mereka rampas haknya.

Isu (sebenarnya sudah bukan lagi isu) kenaikan BBM juga berimbas pada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada BBM. Misalnya para nelayan. Kelangkaan BBM jenis solar mengakibatkan mereka tidak bisa melaut. Mereka akhirnya meliburkan diri dan tentu saja hasil pendapatan dari usaha sampingan mereka tidak sebesar hasil penangkapan ikan di laut. Meskipun (sekali lagi) hasil tangkapan ikan mereka juga tidak bisa disebut memadai. Masyarakat yang berprofesi sebagai tukang ojek juga terkena imbasnya. Mereka merasakan dilema pada saat seperti ini. Jika mereka menaikkan harga dan membebankannya pada pengguna jasa ojek, mereka beresiko kehilangan penumpangnya. Dan jika mereka tidak menaikkannya, maka merekalah yang akan mengalami kerugian.

Dan yang paling amat kentara adalah kenaikan harga sembako dan teman-temannya. Saat penulis menulis tulisan ini, berita yang sedang marak adalah naiknya harga jengkol/petai menjadi Rp.150 ribu/Kilogram. Entah ada hubungannya atau tidak, yang jelas, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga lainnya. Tentu saja, kesempatan ini tidak akan disia-siakan para oknum pedagang yang akan segera mengubah profesinya dari pedagang menjadi penimbun.

Perkara BBM memang bukan perkara yang mudah untuk diselesaikan. Namun @ku yakin, masalah BBM akan segera berakhir. Kapankah itu? Saat itu akan datang saat tidak ada lagi minyak mentah untuk dimasak dan saat semua sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui habis. Tidak akan ada lagi kilang minyak dan teman-temannya. Jadi, apakah ada cara agar saat itu tiba lebih cepat? Kita tunggu saja saat itu tiba.
(Zet.@, Selasa, 4 Juni 2013, before sunset) 


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...