LAIN LADANG LAIN BELALANG
Okay pembaca sekalin, kali ini saya
akan berbagi pengalaman namun sayang sekali ini bukanlah pengalaman penulis
sendiri. Begini ceritanya:
Menurut Ahim, itu sama saja dengan
lepas tanggung jawab. Ahim juga dipersalahkan oleh satpam karena dia tidak
segera mengambil kartu setelah transaksi. Ahim sudah ribuan kali melakukan
transaksi dengan ATM, jadi hal itu sudah tidak perlu ditegaskan lagi. Ahim jadi
merasa bete. Setelah balik ke motornya, ternyata helm yang baru dibeli 7 hari
yang lalu hilang. Setelah di informasikan ke satpam, jawabannya tidak seindah
yang diperkirakan. Mereka menjawab,” ini masih belum pukul 08.00 jadi kami masih
belum bertugas, Bu!!”
Akhirnya, Ahim memutuskan untuk
melakukan transaksi melalui teller bank B2 (buruk). Dan eh ternyata, maksudnya
open pada pukul 08.00 pagi adalah pembukaan kunci pintu utama bank pada pukul
08.00 pagi. Ahim harus menunggu lagi para pegawai mempersiapkan dirinya serta
komputernya yang masih loading. Ahim akhirnya masuk antrian berdiri (karena
tidak ada kursi). Saat sampai di depan teller, teller menolak karena teller itu
tidak melayani pemindahbukuan (transfer), hanya setor dan transaksi tunai. Ahim
diminta antri (lagi) di teller sebelahnya. Ahim jadi semakin BT karena di bank
yang baik, nasabah yang sudah mengantri tidak perlu mengantri lagi jika hanya
pindah teller. Dia ikut lagi mengantri hingga akhirnya sampai di teller.
Sesampainya di teller, teller menanyakan mengapa tidak memakai ATM saja karena
akan dikenakan biaya. Ahim yang sedang BT akhirnya meledakkan kesalnya pada
teller itu. [Sensor]
Di lain waktu, Ahim menelepon bank B2
(buruk) tersebut untuk mengecek saldonya, berhubung ke ATM lumayan jauh dan sms
banking tidak bisa. Ternyata, petugas menanyakan semua hal yang pernah
diisikannya pada formulir pembukaan rekening. Ya pusinglah Ahim karena
alamatnya berubah dan dia sudah lupa alamat yang dia gunakan dulu. Dia tidak
perlu mengalami hal itu di bank B1 yang baik saat ingin mengetahui saldo karena
petugas bank hanya menanyakan nomor rekening dan nama ibu kandungnya. Bank B1 ini
benar-benar keren (menurut dia) padahal bank ini hanya bank daerah yang
berskala lokal. Tidak seperti bank B2 (buruk) meskipun berskala nasional.
Di bank B1 (baik) Ahim mengalami pengalaman
pelayanan yang menyenangkan. Saat pukul 21.00 malam, mobil sudah keluar dari
halaman bank B1 (Baik). Tiba-tiba mobil mogok. Ternyata ada 2 orang satpam bank
B1 (Baik) mendekat dan ikut memberikan penerangan dengan senter. Ternyata ada
unit yang longgar. Ahim terkesan sekali karena ada satpam dari bank B1 (Baik)
yang membantu mereka meskipun sudah berada diluar halaman bank B1 (Baik).
Selain itu, saat parkir, ada karyawan yang mengarahkan kendaraan ke posisi yang
kosong atau jika dalam keadaan mendesak, karyawan itu akan membantu memakirkan
mobil anda.
Bank B1 (Baik) juga open pada pukul
08.00 pagi namun berbeda dengan bank B2 (buruk). Saat pukul 08.00 itu, bank B1
(Baik) sudah siap melayani para nasabahnya sehingga nasabah yang datang pada
pukul 08.00 tidak perlu menunggu ko mputer yang loading. Jadi tentu saja,
karyawan bank B1 (Baik) sudah datang kurang dari pukul 08.00. Gimana? Bank B1
terasa keren kan?
Pengalaman penulis sendiri, saat kartu
ATM penulis tidak dikeluarkan oleh mesin, satpam memberikan respon yang positif
dan kartu bisa langsung bisa di ambil pada keesokan harinya hanya dengan
fotocopy KTP tidak serumit dan seribet Bank B2 yang akhirnya membuat Ahim
memutuskan membuat kartu ATM baru. Penulis tidak mengetahui jika SOP yang ada
di bank tidak sama antara satu bank dengan bank yang lain. Yang jelas, SOP
seharusnya tidak rumit, tidak ribet dan tidak membuat pelakunya merasa kesal.
Harapan pada Birokrasi pemerintah juga demikian adanya. Pada zaman ini, semua
urusan seharusnya cepat, hemat, tepat dan efisien serta aman sehingga tidak ada
lagi keluhan dari para pengguna jasa.
Ini adalah pengalaman Ahim saat berada
di dua dealer mobil yang berbeda. Di dealer B1 (Baik), ruang tunggunya tidak
terlalu besar namun menjadikan para penuggu yang ada di situ betah. Ada
beberapa titik lokasi yang dilengkapi sofa beserta mejanya. Nomor antrian bisa
di booking hanya dengan menelpon dan bisa langsung ditentukan waktunya. Bahkan,
saat yang bernomor antrian 1 dan 2 tidak ada (belum datang), Ahim yang memegang
nomor antrian 3 langsung dilayani. Saat surat sementara kendaraan akan habis
masa berakhirnya, dealer B1 (baik) akan menghubungi Ahim dan menawarkan
bantuannya, tidak seperti dealer B2 yang sudah dihubungi berkali-kali, namun
suratnya tidak jadi-jadi. Entah kenapa....
Pengalaman tidak mengenakkan lainnya
di dealer B2 (buruk), antrian bisa di booking namun nomor antrian tetap harus
diambil dari satpam. Tempat menunggunya juga tidak representatif karena para
penunggu merasa tidak betah saat menunggu di dalamnya meski ruangannya lebih
luas dari ruang tunggu delaer B1 (baik).
Pengalaman banget nih ya Mas.. lama2 gak laku juga nih kalau pelayanannya buruk ^^
ReplyDelete