Friday, June 6, 2014

Sandiwara Artis

Sandiwara Dunia Artis





Tayangan sinetron sepertinya sudah menjadi tayangan wajib dalam dunia pertelevisian. Tiada hari tanpa sinetron. Sayangnya, yang akan dikupas kali ini bukanlah sinetron gaje yang tidak jelas itu, melainkan tokohnya yang biasa disebut dengan artis. Mereka melakukan akting di layar kaca untuk mendulang pundi pundi emas. Ternyata, selain dalam layar kaca, mereka juga sering tampil dalam infotainment. Nah, yang jadi masalah adalah, apakah pemberitaan dalam infotainment itu bisa divalidasi? Apa mereka tidak sekedar berakting?
Dari beberapa kasus yang hangat beredar di dunia infotainment, sebagian besar dari mereka, bahkan mungkin semuanya, para artis itu melakukannya dengan sengaja. Mereka melakukan setting-an pada kasus-kasus yang menimpa mereka. Misalnya kasus cakar-cakaran, kaplok-kaplokan, selingkuh-selingkuhan, kawin-cerai, itu semua tidak lepas dari akting mereka di dunia nyata. Para artis melakukan setting berbagai konflik untuk mendongkrak popularitasnya. Mereka sungguh piawai bersandiwara. Selain di layar kaca, mereka juga pandai bersandiwara di depan kamera infotainment. Kerana mereka artis yang jago akting, maka akan sulit dibedakan saat mereka menangis, marah, sedih, murka dan ekspresi lainnya yang mereka lakukan. Tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti apakah ekspresi mereka itu sungguh alami dan murni atau hanya sandiwara belaka.


Itulah salah satu sebab mengapa infotainment harus dijauhi dan dihindari. Tayangan itu hanya menyuguhkan sandiwara di dunia nyata. Tidak ada hikmah yang bisa diambil kerana itu adalah versi lain dari sinetron layar kaca. Para jurnalis hendaknya juga lebih pandai dalam mencari berita yang bermanfaat. Apa sih untungnya memberitakan para artis yang sedang naik daun itu? Seharusnya mereka mencari berita yang bermanfaat bagi pendidikan, kesehatan dan kemajuan bangsa ini. Bukan malah menyuguhkan berita yang tidak jelas juntrungannya.


Jadi, jangan pernah percaya tayangan layar kaca yang mengklaim sebagai reality show, tidak ada rekayasa, tidak dibuat-buat dan dalih lain semacamnya. Seperti acara yang menggunakan hipnotis dalam acaranya. Acara itu melakukan pembunuhan karakter dengan jelas kerana seseorang membuka aibnya sendiri dan seluruh Indonesia mengetahuinya. Itu pasti bukan hal yang baik, bukan?


Meskipun tidak semua artis melakukannya, namun, jika sudah 90% melakukannya, mereka tidak dapat lagi disebut sebagai oknum. Itu adalah identitas dari komunitas itu. Jadi, artis yang masih berada di jalan yang benar akan disebut sebagai oknum dan berbahagialah orang seperti mereka. Saat ini, sindrom artisisasi mulai muncul di berbagai kalangan. Mereka yang suka update status lewat media sosial itu contohnya. Sedang makan, foto dan share. Kalo makan nya di share, seharusnya saat poop juga di share dunk.... maaf jika tulisan ini begitu gamblang..

Mechadot, 06 June 2014 In the morning 07.00 after the sunrise



Sumber gambar: mobavatar.com


1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...